Rabu, 16 Mei 2012

PENINGKATAN KESEGARAN JASMANI MELALUI PENDEKATAN BERMAIN


Oleh

SETIADI, S.Pd.


A.      Dasar Pemikiran

Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan jasmani harus diarahkan pada pencapaian tujuan tersebut. Tujuan pendidikan jasmani bukan hanya mengembangkan ranah jasmani, tetapi juga mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui kegiatan aktivitas jasmani dan olah raga.
Pendidikan jasmani merupakan media untuk mendorong perkembangan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-spritual-dan sosial), serta pembiasan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan yang seimbang.
Pendidikan jasmani memiliki peran yang sangat penting dalam mengintensifkan penyelenggaraan pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan jasmani memberikan kesempatan pada siswa untuk terlibat langsung dalam aneka pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, bermain, dan berolahraga yang dilakukan secara sistematis, terarah dan terencana. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina, sekaligus membentuk gaya hidup sehat dan aktif sepanjang hayat.

Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani guru harus dapat mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan/olahraga, internalisasi nilai-nilai (sportifitas, jujur kerjasama, dan lain-lain) dari pembiasaan pola hidup sehat. Pelaksanaannya bukan melalui pengajaran konvensional di dalam kelas yang bersifat kajian teoritis, namun melibatkan unsur fisik mental, intelektual, emosional dan sosial. Aktivitas yang diberikan dalam pengajaran harus mendapatkan sentuhan dikdakdik-metodik, sehingga aktivitas yang dilakukan dapat mencapai tujuan pengajaran.
Melalui pendidikan jasmani diharapkan siswa dapat memperoleh berbagai pengalaman untuk mengungkapkan kesan pribadi yang menyenangkan, kreatif, inovatif, terampil, meningkatkan dan memeliharan kesegaran jasmani serta pemahaman terhadap gerak manusia.
Namun kenyataan di lapangan dalam masa transisi perubahan kurikulum dari kurikulum 1994 menjadi kurikulum 2004 yang semula pendidikan jasmani dan kesehatan dengan alokasi waktu 2 jam per minggu @ 40 menit, sekarang Pendidikan Jasmani dengan alokasi waktu 3 jam per minggu @ 40 menit, masih banyak kendala dalam menerapkan kurikulum tersebut. Hal ini disebabkan karena belum adanya sosialisasi secara menyeluruh di jajaran pendidikan sehingga masih banyak perbedaan penafsiran tentang pendidikan jasmani utamanya dalam pembagian waktu jam pelajaran.

Adanya ruang lingkup mata pelajaran pendidikan jasmani dalam kurikulum 2004 untuk jenjang SD/MI, SMP/MTs, dan SMA MA sebenarnya sangat membantu pengajar pendidikan jasmani dalam mempersiapkan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan siswa. Adapun ruang lingkup pendidikan jasmani meliputi aspek permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, uji diri / senam, aktivitas ritmik, aktivitas ritmik, akuatik (aktivitas air) dan pendidikan luar kelas.
Sesuai dengan karakteristik siswa SMP, usia 12 – 16 tahun kebanyakan dari mereka cenderung masih suka bermain. Untuk itu guru harus mampu mengembangkan pembelajaran yang efektif, disamping harus memahami dan memperhatikan karakteristik dan kebutuhan siswa. Pada masa usia tersebut seluruh aspek perkembangan manusia baik itu kognitif, psikomotorik dan afektif mengalami perubahan. Perubahan yang paling mencolok adalah pertumbuhan dan perkembangan fisik dan psikologis.
Agar standar kompetensi pembelajaran pendidikan jasmani dapat terlaksana sesuai dengan pedoman, maksud dan juga tujuan sebagaimana yang ada dalam kurikulum, maka guru pendidikan jasmani harus mampu membuat pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Untuk itu perlu adanya pendekatan, variasi maupun modifikasi dalam pembelajaran.


B.     Identifikasi Masalah

Dengan adanya kurikulum berbasis kompetensi yang merupakan pedoman bagi guru dan merupakan bahan kegiatan dalam pembelajaran, maka siswa perlu mempelajari dan melaksanakan untuk mencapai kompetensi yang sudah dirumuskan. Untuk mencapai standar kompetensi tersebut bukanlah yang mudah. Adapun permasalahan-permasalahan yang muncul dilapangan sebagai berikut:
1.     Banyak dikalangan pendidikan yang belum memahami tentang perbedaan  
        Pendidikan Jasmani dan Olah Raga.
2.     Kurangnya pemahaman dari siswa tentang maksud dan tujuan pendidikan jasmani
                  sehingga pada proses pembelajaran belum semua antusias untuk beraktivitas jasmani.
3.     Kurangnya pemahaman tentang arti pentingnya tubuh bugar dan sehat, sehingga
        mereka mengikuti pendidikan jasmani hanya sekedar ikut dan memperoleh nilai.


C.      Perkembangan Mata pelajaran Pendidikan Jasmani

Pendidikan pada dasarnya berperan mencerdaskan kehidupan bangsa, yang sasarannya adalah peningkatan kualitas manusia Indonesia baik itu sosial, spiritual dan intelektual, serta kemampuan yang profesional. Untuk itu pembangunan keolahragaan perlu dikembangkan dan ditingkatkan diseluruh tanah air terutama di sekolah–sekolah yang nantinya dapat menunjang proses belajar siswa .

Mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, kemampuan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktifitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistimatis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.

Pendidikan sebagai suatu pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup, pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang diajarkan di sekolah memiliki peranan yang sangat penting, yaitu memberikan kesempatan pada anak didik untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan yang terpilih yang dilakukan secara sistimatika. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan bugar sepanjang hayat.

Pendidikan memiliki sasaran pedagogik, oleh karena itu pendidikan kurang lengkap tanpa adanya pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, karena gerak merupakan aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia dan dirinya sendiri yang secara alami berkembang searah dengan perkembangan zaman.

Dalam perkembangannya yang terjadi selama ini telah terjadi kecendrungan dalam memberikan makna mutu pendidikan yang hanya dikaitkan dengan aspek kemampuan kognitif. Pandang ini telah membawa akibat terabaikannya aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, seni, psikomotor, serta life skill.
Dengan adanya mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan salah satu media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-sportivitas-spritual-sosial) serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.
Usaha – usaha yang perlu dilakukan untuk melaksanakan usaha di atas adalah salah satunya dengan melakukan pembinaan olahraga disekolah-sekolah, serta melakukan olahraga secara rutin, kegiatan olahraga yang dilakukan di sekolah tidak hanya terpaut dengan waktu 2 x 45 menit atau selama proses belajar mengajar berlangsung. Kegiatan yang dilaksanakan di sekolah harus terarah dan terencana, guna mencapai tujuan kesegaran jasmani yang diinginkan.
Salah satu bidang studi yang cukup penting dalam rangka peningkatan kesegaran jasmani adalah mata pelajaran Pendidikan Jasmani. Tujuan pendidikan jasmani di sekolah adalah membantu siswa dalam peningkatan kesegaran Jasmani melalui pengenalan dan penanaman sikap positif serta kemampuan gerak dari berbagai aktivitas jasmani, sedangkan fungsi dari Pendidikan jasmani yang disajikan di sekolah memiliki fungsi antara pengembangan aspek: (a) organic, (b) neuro moscular, (c) perceptual, (d) social dan (e) emosional (Depdiknas : 2003b)


D.      Pembelajaran Pendidikan Jasmani
Teori-teori tentang upaya meningkatkan kebugaran tubuh telah banyak dikemukakan oleh para pakar. Dalam hubungannya dengan penelitian ini, penulis mencoba menggunakan model pembelajaran beraktivitas jasmani sambil bermain. Aktivitas ini merupakan salah satu metode yang tepat dimana keaktifan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran sekalipun sambil bermain mereka sudah melaksanakan kegiatan jasmani sebagai upaya untuk menjaga kebugaran tubuh. Hal ini sangat bagus untuk melatih kemampuan kognitif, psikomotorik dan afektif siswa.
Dari judul tersebut diatas dapat dikemukakan bahwa model pembelajaran dengan pendekatan bermain merupakan variabel bebas (independent variable), sedangkan tingkat kesegaran jasmani siswa sebagai variabel terikat (dependent variable).
1.      Pendidikan Jasmani
    Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, jasmani, psikomotor, kognitif dan afektif setiap siswa.
Pengalaman yang disajikan akan membantu siswa untuk memahami mengapa manusia bergerak dan bagaimana cara melakukan gerakan secara aman, efisien, dan efektif. (Kurikulum Penjas SMP, 2004). Dari banyak pendapat tentang pengertian pendidikan jasmani, dapat disimpulkan pendidikan jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematik diarahkan untuk mengembangkan dan meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, perseptual, kognitif, dan emosional dalam kerangka sistem pendidikan nasional. (Pedoman Khusus Pengembangan Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi SMP, 2004).

2.      Materi Pendidikan Jasmani SMP/MTs
    Struktur materi pendidikan jasmani dikembangkan dan disusun dengan menggunakan model kurikulum kebugaran jasmani dan pendidikan olahraga (Jewwet, Ennis, and Bain, 1995). Asumsi yang digunakan oleh kedua model ini adalah untuk menciptakan gaya hidup sehat dan aktif, manusia perlu memahami hakikat kebugaran jasmani dengan menggunakan resep latihan yang benar. Materi mata pelajaran pendidikan jasman SMP/MTs meliputi hal-hal sebagai berikut :
a.       Pengalaman mempraktikkan latihan untuk mempertahankan dan meningkatkan  
kebugaran jasmani
b.       Pengalaman mempraktikkan keterampilan dasar atletik, senam, permainan dan  
beladiri
c.       Keterampilan memelihara dan meningkatkan kebugaran jasmani, pengetahuan
hakikat kebugaran jasmani, serta pengetahuan praktis latihan kebugaran jasmani
d.      Penerapan peraturan, dan praktik yang aman dalam pelaksanaan kegiatan atletik,  
senam, permainan dan beladiri
e.       Perilaku yang menggambarkan sikap sportif dan positif, emosi yang stabil, dan
gaya hidup yang sehat

Materi pendidikan jasmani SMP/MTs merupakan kelanjutan dari materi di Sekolah Dasar, dan dilanjutkan di SMA. Mater pembelajaran untuk kelas VII dan VIII SMP/MTs meliputi keterampilan dasar olahraga, kesegaran jasmani, dan pembentukan sikap dan perilaku untuk membentuk kecakapan hidup personal.


3.     Karakteristik Pendidikan Jasmani
Pendidikan Jasmani merupakan salah satu mata pelajaran yang ada di SMP/MTs, yang mempelajari dan mengkaji gerak manusia secara interdisipliner. Gerak manusia adalah aktivitas jasmani yang dilakukan secara sadar untuk meningkatkan kebugaran jasmani dan keterampilan motorik, mengembangkan sikap dan perilaku agar terbentuk gaya hidup yang aktif. Aktivitas jasmani yang dilakukan berupa aktivitas bermain, permainan, dan olahraga.

4.    Karakteristik Siswa SMP/MTs
Selama di SMP/MTs, seluruh aspek perkembangan manusia yaitu psikomotor, kognitif, dan efektif mengalami perubahan yang luar biasa. Siswa SMP/MTs mengalami masa remaja, satu periode perkembangan sebagai transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Masa remaja dan perubahan yang menyertainya merupakan fenomena yang harus dihadapi oleh guru.
1)     Perkembangan aspek psikomotorik Wuest dan Lombardo (1974) menyatakan bahwa perkembangan aspek psikomotor seusia siswa SMP/MTs ditandai dengan perubahan jasmani dan fisiologis secara luar biasa. Salah satu perubahan luar biasa tersebut adalah pertumbuhan tinggi badan dan berat badan.
2)     Perkembangan aspek kognitif, Arasoo T.V (1986) menyatakan bahwa aspek kognitif meliputi fungsi intelektual, seperti pemahaman, pengetahuan, dan keterampilan berpikir. Untuk siswa SMP/MTs perkembangan kognitif utama yang dialami adalah formal operasional yang mampu berfikir abstrak dengan menggunakan simbol-simbol tertentu. Selain itu ada peningkatan fungsi intelektual, kapabilitas memori dan bahasa, dan perkembangan konseptual.
3)     Perkembangan aspek afektif, Menurut Arasoo T.V (1986), ranah afektif menyangkut perasaan, moral dan emosi. Perkembangan afektif siswa SMP/MTs mencakup proses belajar perilaku dengan orang lain atau sosialisasi. Sebagian besar sosialisasi berlangsung lewat pemodelan dan peniruan orang lain.

E.      Pembelajaran dengan Pendekatan Bermain
Pendekatan bermain adalah salah satu bentuk dari sebuah pembelajaran jasmani yang dapat diberikan di segala jenjang pendidikan. Hanya saja, porsi dan bentuk pendekatan bermain yang akan diberikan, harus disesuaikan dengan aspek yang ada dalam kurikulum. Selain itu harus dipertimbangkan juga faktor usia, perkembangan fisik, dan jenjang pendidikan yang sedang dijalani oleh mereka.

Model pembelajaran dengan pendekatan bermain erat kaitannya dengan perkembangan imajinasi perilaku yang sedang bermain, karena melalui daya imajinasi, maka permainan yang akan berlangsung akan jauh lebih meriah. Oleh karena itu sebelum melakukan kegiatan, maka guru pendidikan jasmani, sebaiknya memberikan penjelasan terlebih dahulu kepada siswanya majinasi tentang permainan yang akan dilakukannya.

Pendekatan permainan adalah suatu proses penyampaian pengajaran dalam bentuk bermain tanpa mengabaikan materi inti. Permainan yang dimaksukan disini adalah permainan kecil yang materinya disesuaikan dengan standar kompetensi dalam kurikulum. Permainan kecil ini dapat digunakan untuk mengajar Atletik, senam dan cabang olahraga lainnya yang ada hubunganya dengan pendidikan jasmani.

Menurut Cholik, M (1997) Pelajaran pendidikan jasmani di sekolah bukan mengejar prestasi (aspek skill) tetapi menyalurkan dorongan-dorongan untuk aktif bermain. Pendidikan jasmani untuk anak harus lebih menekankan kepada aspek permainan dari pada teknik cabang olahraganya karena bermain adalah kebutuhan yang harus dipenuhi oleh setiap manusia pada umumnya dan siswa khususnya. Jadi dengan demikian permainan dikonsentrasikan pada pendekatan memahami masalah yang didasarkan atas domein kognitif, dirancang oleh guru untuk mengarahkan siswa memahami kegiatan dan tujuan ketrampilan dalam kegiatan tersebut. Pendekatan ini memungkinkan guru untuk membantu kelompok kecil atau individu yang tekniknya masih kurang.

Dengan menyeimbangkan penekanan pada domein kognitif, afektif dan psikomotor dalam kegiatan fisik berupa bermain, diharapkan dapat menarik keinginan siswa bila mereka dibantu dan dorong oleh gurunya. Bermain merupakan aktifitas yang dapat membentuk kepribadian dan penemuan diri bagi siswa. Penekanan dalam bermain akan menjadikan mata pelajaran Pendidikan Jasmani sesuatu yang sangat menyenangkan dan sangat menarik dan selalu ditunggu-tunggu oleh siswa. Dengan pendekatan permainan kecil untuk mencapai tujuan pelajaran akan mempunyai dampak dalam proses belajar mengajar sebagai berikut :

  1. Menempatkan permainan kecil menjadi fokus dari mata pelajaran Pendidikan jasmani yang dapat meningkatkan kegembiraan dan kepuasan pada diri siswa dalam melakukan gerakan-gerakan untuk bermain, dalam rangka mencapai unsur kesegaran jasmani.
  2. Memungkinkan siswa yang kurang terampil berolahraga dan kurang menyenangi olahraga akan menyenangi kegiatan jasmani atau olahraga seperti kawan-kawan lain yang secara jasmaniah berbakat dalam olahraga.
  3. Mendorong siswa untuk belajar mengambil keputusan mereka sendiri dalam waktu yang sangat singkat.
  4. Keterampilan olahraga tidak mutlak harus dimiliki oleh siswa laki-laki saja tetapi siswa perempuan harus mampu untuk melakukannya.
Jadi dengan demikian dari berapa pendapat para pakar di atas maka dapat kita hubungkan dengan kenyataan yang ada, maka gerakan bermain siswa akan menemukan dirinya sendiri sebagai suatu kesatuan yang lahir tersendiri dengan ciri-ciri tubuh dan kapasitas dirinya sendiri. Konsep yang timbul tentang dirinya adalah mempertinggi ego seperti perhatian terhadap ketangkasan dan akal dan pikirannya.


F.       Kesegaran Jasmani
Kesegaran jasmani merupakan aspek yang sangat penting dari kesegaran jasmani secara keseluruhannya, yang nantinya akan memberikan kesanggupan pada seseorang untuk menjalani hidup yang produktif serta dapat menyesuaikan diri setiap beban fisik yang layak, (Sutarman, 1975). Kemampuan seseorang untuk menunaikan tugasnya sehari – hari dengan gampang, tanpa merasa lelah yang berlebihan, dan masih mempunyai sisa atau cadangan tenaga untuk keperluan yang mendadak.

Dapat pula ditambahkan, kesegaran jasmani merupakan kemampuan untuk menunaikan tugas-tugas dengan baik walaupun dalam kedaaan sukar, dimana orang yang kesegaran jasmaninya kurang, tidak akan dapat melakukanya (Sumosardjono, 1992). Jadi dengan demikian dapat dikemukakan bahwa ada komponen-komponen yang dapat mempengaruhi kesegaran jasmani, yaitu : (a) kondisi fisik setelah melakukan tugas-tugas yang diberikan tetap baik; (b) kemampuan atau kapasitas seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas sehari-hari; (c) Kemampuan untuk mengatasi situasi dalam keadaan sukar.

Tingkat kesegaran jasmani sangat penting dan sesuai dengan kebutuhan siswa yang selalu dihadapkan dengan kegiatan jadwal pelajaran yang padat, karena bila kesegaran jasmani meningkat akan dapat memberikan hal yang berarti terhadap ketahanan jasmaniah. Seseorang memiliki tingkat kesegaran jasmani yang tinggi akan memiliki kekuatan dan ketahanan untuk melakukan aktifitas kehidupan tanpa mengalami kelelahan yang berarti.

Selanjutnya “Seseorang yang mempunyai dasar kesegaran jasmani yang baik, dan perkembangan badan yang kuat melalui aktifitas jasmani, akan lebih memiliki pandangan keingintahuan sebab mempunyai semangat hidup yang lebih besar dan tingkat tenaganya yang tinggi. Tenaga tersebut diperlukan untuk menyelesaikan tugasnya dan kegiatan rutin” (Adisasmita, 1989). Dari penjelasannya dapat dikemukakan bahwa kesegaran jasmani merupakan faktor penentu dalam segala aspek kehidupan. Seorang yang memiliki tingkat kesegaran jasmani yang tinggi atau tingkat kondisi tubuh yang prima akan dapat melakukan aktivitas yang lama dengan beban yang cukup, tanpa mengalami kelelahan yang berarti.

Dengan meningkatnya kesegaran jasmani siswa, dia akan mempunyai daya tahan tubuh terhadap berbagai macam penyakit yang akan mengganggu aktivitas belajarnya. Kekebalan terhadap penyakit merupakan faktor yang sangat penting. Seorang siswa yang dikatakan dalam kondisi baik (fit) kesegaran jasmaninya, berarti kekebalan tubuhnya terhadap serangan penyakit keturunan maupun penyakit yang datangnya dari lingkungan semakin membaik. Kesegaran jasmani dapat dikelompokkan sebagai berikut : ”(a) kekebalan terhadap serangan penyakit; (b) kekuatan dan ketahanan otot; (c) Ketahanan cardiorespiratory; (d) daya otot (muscular power); (e) fleksibelitas; (f) kecepatan; (g) kelincahan; (h) koor-dinasi; (i) keseimbangan; (j) ketepatan” (Ahady dan Heiri 1982).

Sadoso (1989 : 9) Kesegaran jasmani adalah keadaan atau kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas atau tugas-tugasnya sehari-hari dengan mudah tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan masih mempunyai siswa atau cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggangnya untuk keperluan-keperluan lainnya.
Komponen atau faktor kesegaran jasmani dan komponen kesegaran motorik merupakan satu kesatuan utuh dari komponen kondisi fisik. Agar seseorang dapat dikategorikan kondisi fisiknya baik, maka status komponen-komponennya harus berada dalam kondisi baik pula. Adapun komponen atau faktor jasmani adalah : kekuatan, daya tahan kelenturan.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan banyak sekali hal-hal yang dapat mempengaruhi tingkat kesegaran jasmani seseorang, salah satunya yaitu melalui aktifitas jasmani. Pendidikan jasmani dapat digunakan sebagai bentuk kegiatan siswa dalam upaya menjaga dan sekaligus meningkatkan tingkat kesegaran jasmani. Dengan mempertimbangkan karakter dan perkembangan siswa guru harus dapat merencanakan dengan matang proses pembelajaran. Dalam membuat perencanaan tersebut guru bisa menggunakan pendekatan, teknik, metode ataupun model pembelajaran.


G.      Simpulan
1. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kesegaran jasmani seseorang, salah satunya yaitu melalui aktivitas jasmani. Dengan demikian pendidikan jasmani dapat digunakan sebagai bentuk kegiatan siswa dalam upaya menjaga dan meningkatkan kesegaran jasmani.
2. Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani sangat diperlukan adanya model dan variasi pelajaran. Untuk itu pengajar sebaiknya dapat membuat model ataupun modifikasi pembelajaran, salah satunya adalah model pembelajaran dengan pendekatan bermain.




REFERENSI


Ahady, Muchtar, Hairy , Junusul . 1982 . Kesegaran Jasmani. Padang : FPOK IKIP Padang
Bafirman . 1989 . Pembinaan Kesegaran Jasmani, Padang : FPOK IKIP Padang.
Cholik, M. 1977. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Jakarta, Proyek Pengembangan Guru Sekolah Dasar
Depdiknas, 2003. Kurikulum 2004; Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani SMP dan MTs. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Depdiknas, 2003, Undang-Undang R.I Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta : Depdiknas
J. Mata Kupan, 2002, Teori Bermain, Jakarta : Universitas Terbuka

Ngalim Purwanto. M, 2003, Ilmu Pendidikan Teori dan Praktik, Bandung : Remaja Rosdakarya.
Sutarman. 1975. Pengertian Kesegaran Jasmani dan Tes Kardiorespirasi, Concepts of Scineces. Ed.Sic. Swanpo dan Marry W. Sic, Jakarta ; KONI.
Tim Penyusun. Pendidikan Jasmani SMP/MTs. Jakarta : Depdiknas.
Winata Putra Udin, 1994, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Universitas Terbuka
Yusuf, Adisasmita. 1989. Hakikat, Filsafat dan Peranan Pendidikan Jasmani Dalam Masyarakat. Jakarta : Depdikbud.

Minggu, 22 November 2009

LATAR BELAKANG PENDIDIKAN JASMANI

Pendidikan jasmani sebagai komponen pendidikan secara keseluruhan telah disadari oleh banyak kalangan. Namun, dalam pelaksanaannya pengajaran pendidikan jasmani berjalan belum efektif seperti yang diharapkan. Pembelajaran pendidikan jasmani cenderung tradisional.
Model pembelajaran pendidikan jasmani tidak harus terpusat pada guru tetap pada siswa. Orientasi pembelajaran harus disesuaikan dengan perkembangan anak, isi dan urusan materi serta cara penyampaian harus disesuaikan sehingga menarik dan menyenangkan, sasaran pembelajaran ditujukan bukan hanya mengembangkan keterampilan olahraga, tetapi pada perkembangan pribadi anak seutuhnya. Konsep dasar pendidikan jasmani dan model pengajaran pendidikan jasmani yang efektif perlu dipahami oleh mereka yang hendak mengajar pendidikan jasmani.
Pengertian pendidikan jasmani sering dikaburkan dengan konsep lain. Konsep. Itu menyamakan pendidikan jasmani dengan setiap usaha atau kegiatan yang mengarah pada pengembangan organ-organ tubuh manusia (body building), kesegaran jasmani (physical fitness), kegiatan fisik (physical activities), dan pengembangan keterampilan (skill development). Pengertian itu memberikan pandangan yang sempit dan menyesatkan arti pendidikan jasmani yang sebenarnya. Walaupun memang benar aktivitas fisik itu mempunyai tujuan tertentu, namun karena tidak dikaitkan dengan tujuan pendidikan, maka kegiatan itu tidak mengandung unsur-unsur pedagogik.
Pendidikan jasmani bukan hanya merupakan aktivitas pengembangan fisik secara terisolasi, akan tetapi harus berada dalam konteks pendidikan secara umum (general education). Sudah barang tentu proses tersebut dilakukan dengan sadar dan melibatkan interaksi sistematik antar pelakunya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Bagaimanakah definisi pendidikan yang kita anut? Adanya perbedaan pengertian itu pendidikan jasmani dengan istilah-istilah lain seperti gerak badan, aktivitas fisik, kesegaran jasmani, dan olahraga hendaknya tidak menimbulkan polemik yang menyesatkan. Perbedaan pendapat itu sesuatu yang wajar, yang terpenting seseorang harus melakukan pembatasan pengertian yang dianut secara jelas dan konsisten apabila membicarakan atau menuliskan berbagai istilah itu sehingga tidak rancu.
Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani, kemampuan dan keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak serta kepribadian yang harmonis dalam rangka pembentukan manusia Indonesia berkualitas berdasarkan Pancasila. Secara eksplisit istilah pendidikan jasmani dibedakan dengan olahraga. Dalam arti sempit olahraga diidentikkan sebagai gerak badan. Olahraga ditilik dari asal katanya dari bahasa jawa olah yang berarti melatih diri dan rogo (raga) berarti badan. Secara luas olahraga dapat diartikan sebagai segala kegiatan atau usaha untuk mendorong, membangkitkan, mengembangkan dan membina kekuatan-kekuatan jasmaniah maupun rokhaniah pada setiap manusia. Definisi lain yang dilontarkan pada Lokakarya Nasional Pembangunan Olahraga (Abdul Gafur, 1983:8-9) secara eksplisit berbeda dengan pendidikan jasmani. Definisi tersebut dikembangkan penulis (Cholik Mutohir, 1992) sebagai berikut:
Olahraga adalah proses sistematik yang berupa segala kegiatan atau usaha yang dapat mendorong mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat dalam bentuk permainan, perlombaan/ pertandingan, dan kegiatan jasmani yang intensif untuk memperoleh rekreasi, kemenangan, dan prestasi puncak dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Pancasila.
Dapat disimpulkan bahwa pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani dan direncanakan secara sistematik bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik, neuromoskuler, perseptual, kognitif, sosial dan emosional.

Minggu, 08 November 2009

SEJARAH PSIKOLOGI OLAHRAGA

Psikologi olahraga pertama kali dikenalkan oleh Norman Triplett pada tahun 1898. Norman Triplett menemukan bahwa waktu tempuh pembalap sepeda menjadi lebih cepat jika mereka membalap di dalam sebuah tim atau berpasangan dibanding jika membalap sendiri. Baru tahun 1925 laboratorium psikologi olahraga pertama di Kawasan Amerika Utara berdiri. Pendirinya adalah Coleman Griffith dari Universitas Illinois. Griffith tertarik pada pengaruh faktor-faktor penampilan atletis seperti waktu reaksi, kesadaran mental, ketegangan dan relaksasi otot serta kepribadian. Dia lalu menerbitkan dua buah buku, The Psychology of Coaching (1926)- buku pertama di dunia Psikologi Olahraga-dan The Psychology of Athletes (1928).

Pada tahun yang sama, di Eropa sebenarnya juga berdiri sebuah laboratorium Psikologi Olahraga yang didirikan oleh A.Z Puni di Institute of Physical Culture in Leningrad. Namun Laboratorium Psikologi Olahraga pertama di dunia sebenarnya didirikan tahun 1920 oleh Carl Diem di Deutsce Sporthochschule di Berlin, Jerman.

Setelah periode tersebut psikologi olahraga mengalami kemandekan. Baru pada tahun 1960-an psikologi olahraga kembali mulai berkembang. Perkembangan ini ditandai dengan banyaknya lembaga-lembaga pendidikan membuka konsentrasi pengajaran pada Psikologi Olahraga. Puncaknya adalah pembentukan International Society of Sport Psychology (ISSP) oleh para ilmuan dari penjuru Eropa. Kongres internasional pertama diadakan pada tahun yang sama di Roma, Italia. Pada tahun 1966, sekelompok psikolog olahraga berkumpul di Chicago untuk membicarakan pembentukan semacam ikatan psikologi olahraga. Mereka kemudian dikenal dengan nama North American Society of Sport Psychology and Physical Activity (NASPSPA).

Journal Sekolah pertama yang dipersembahkan untuk psikologi olahraga keluar tahun 1970 dengan nama The International Journal of Sport Psychology. Kemudian diikuti oleh Journal of Sport Psychology tahun 1979. Meningkatnya minat melakukan penelitian dalam bidang psikologi olahraga di luar laboratorium memicu pembentukan Advancement of Applied Sport Psychology (AAASP) pada tahun 1985 dan lebih berfokus secara langsung pada psikologi terapan baik dalam bidang kesehatan maupun dalam konteks olahraga. Kini Psikologi Olahraga sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Kongres International Society of Sport Psychology Conference Di Yunani tahun 2000 telah dihadiri lebih dari 700 peserta yang berasal dari 70 negara. American Psychological Association pun telah memasukkan psikologi olahraga dalam divisi mandiri yakni divisi 47

Penerbitan dan jurnal pun sudah sangat banyak. Beberapa penerbitan dan jurnal tersebut adalah (a) International Journal of Sport Psychology (1970); (b) Journal of Sport Psychology (1979) yang kemudian berubah nama menjadi 1988 Journal of Sport and Exercise Psychology; NASPSPA pada tahun 1988. penerbitan lain adalah The Sport Psychologist (1987)—sekarang, Journal of Applied Sport Psychology (1989)— sekarang, serta The Psychology of Sport and Exercise.

kalau mau sering, langsung aja kirim Email dibawah ini YOOOOOOOO.
setiadi_th@yahoo.co.id

Rabu, 21 Oktober 2009

ATLETIK

BAB I
PENDAHULUAN

A.   Pengertian Atletik
Untuk lebih mempermudah kita menelaah bahan ajar ini akan lebih baik kita tahu apa pengertian atletik itu sendiri. Atletik adalah aktivitas jasmani atau latihan jasmani yang berisikan gerak alamiah atau wajar seperti jalan, lari, lompat, dan lempar. Atletik dilakukan di semua negara, karena nilai nilai edukatif yang terdapat didalamnya juga memegang peranan penting dalam pengembangan kondisi fisik, sehingga dapat menjadi dasar pokok untuk pengembangan atau peningkatan prestasi yang optimal bagi cabang olahraga lain dan bahkan diperhitungkan sebagai ukuran kemajuan suatu negara, khususnya dalarn prestasi olahraga (Ballesteros, 1979).

Di semua negara, termasuk Indonesia, atletik dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah sekolah, mulai dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menegah Atas. Oleh karena itu, atletik diperkenalkan dan dikembangkan melalui melalui kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani, maka maju mundurnya prestasi atletik sangat bergantung pada sejauh mana kualitas guru pendidikan jasmani menyampaikan materi pembelajaran atletik. Pada pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, materi atletik disajikan tidak hanya berkaitan dengan atletik sebagai cabang olahraga yang dipertandingkan atau dilombakan di Pekan Olahraga Nasional (PON), South East Asia Games (SEA Games), Asian Games, Olympic Games, atau kejuaraan lainnya.

Fenomena di atas harus benar benar diterapkan selama berlangsungnya kegiatan pernbelajaran atletik, sehingga jangan sampai terjadi pembelajaran atletik selalu dilaksanakan di dalam stadion yang memiliki fasilitas atletik. Dengan demikian, guru pendidikan jasmani perlu melakukan kreasi dan inovasi dalam pembelajaran atletik di sekolah masing masing. Dengan kegiatan pembelajaran atletik yang menarik niscaya murid akan berminat dan bergairah dalam mengikuti kegiatan pembelajaran atletik.

Gerakan jalan, lari rintangan dan lari sambung dalam materi pembelajaran atletik di sekolah lanjutan akan menjadi kegiatan pembelajaran yang menjenuhkan dan kurang menarik, jika disajikan selalu dalam bentuk tradisional. Pengalaman sehari hari di lapangan menunjukkan kesulitan guru dalam menyajikan kegiatan pembelajaran gerakan jalan, lari rintangan dan lari sambung yang kurang membangkitkan antusias murid mengikuti kegiatan pembelajaran.
Untuk itu dalam makalah ini akan dibahas masalah:
1.  Bagaimanakah menyajikan materi pembelajaran jalan cepat di Sekolah 
2.  Bagaimanakah menyajikan materi pembelajaran lari rintangan di Sekolah
3  .Bagaimanakah menyajikan materi pembelajaran lempar lembing di Sekolah

B.   Fungsi Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani memiliki fungsi untuk:
1.  Memenuhi kebutuhan individu untuk bergerak
2  .Merangsang pertumbuhan dan perkembangan jasmani yang ideal (tinggi dan berat badan yang seimbang)
3.  Meningkatkan kebugaran jasmani dan membiasakan pola hidup yang sehat.
4.  Meningkatkan keterampilan gerak dasar 
5.  Meningkatkan keterampilan dasar olahraga
6.  Meningkatkan gairah belajar, menghindari kejenuhan, dan stres dalam belajar 
7. Terbentuknya sikap dan perilaku: disiplin, jujur, kerjasama, tanggung jawab dan sportif serta mengikuti aturan/ketentuan yang berlaku.


BAB II
NOMOR JALAN, LARI DAN LEMPAR

A.   Penelaahan konsep Jalan, Lari dan Lempar
1.   Nomor Jalan
Jalan adalah gerak maju langkah kaki yang dilakukan sedemikian rupa sehingga hubungan dengan tanah (oleh kaki) tetap dijaga.

Gerakan jalan meliputi segala macam variasi dan kombinasi jalan, seperti:
a.  Jalan biasa
b.  Jalan menyamping
c.  Jalan langkah silang
d.  Jalan cepat
e.  Jalan menirukan jalan binatang, seperti: jalan kucing, jalan bebek dan lain-lain.
Gerakan Jalan dilakukan dengan:
a.  ke depan, ke samping
b.  pada lintasan lurus dan pada jalur lintasan belok-belok
c.  cepat dan atau lambat
d.  disertai suatu riuh, irama dan tanpa suara
e.  mendaki/naik dan atau menurun
f.  permainan kaki yang terkoordinasikan
g.  langkah pendek dan terus menerus
h.  dilakukan sendiri, berpasangan atau dalam kelompok/grup bersama atlet lain atau melewati atlet lain
i.  di atas lapangan rumput atau pada lintasan lari sintetis

Khusus untuk materi pembelajaran jalan cepat meliputi:
a.  jalan jingkat
b.  jalan pakai tumit
c.  jalan cepat

2.  Nomor Lari
Lari adalah gerak maju langkah kaki ke depan yang dilakukan sedemikian rupa dimana kedua kaki ada saat melayang di udara. Gerakan lari yang benar dan efektif adalah melibatkan koordinasi gerakan seluruh tubuh, sehingga mendapatkan hasil yang maksimal.
 
3.  Nomor Lempar
Lempar adalah gerakan melepaskan benda dari genggaman tangan menjauh dari tubuh dengan proses ayunan lengan. Salah satu cara yang terbaik untuk mengajarkan teknik nomor lempar yang rumit sambil tetap mempertahankan tingkat keamanan yang tinggi adalah melalui alat pengganti yang mudah dan aman digunakan. Dari semua nomor lomba, lempar lembing merupakan gerakan yang paling mirip dengan gerakan melempar pada umumnya. Dengan menggunakan bola sebagai pengganti lembing, anda dapat dengan mudah mengajarkan teknik yang dibutuhkan sebagai aktivitas seluruh kelas. Karena dasar gerakan melempar yang tidak begitu rumit daripada nomor lempar lainnya, lempar lembing (dengan menggunakan bola) merupakan salah satu nomor lempar yang pertama kali diperkenalkan.
Disamping keamanan yang meningkat, alat pengganti ini membantu menyederhanakan teknik dan memungkinkan pemula untuk berkonsentrasi pada elemen teknik saja.

B.   Perencanaan pelaksanaan pembelajaran
Pada fase kegiatan ini sebelum guru mengajarkan materi pembelajaran, terlebih dahulu guru membuat dan menyusun suatu rancangan atau format pengajaran yang terprogram sehingga proses pembelajaran di kelas dalam memberikan materi terlaksana sesuai yang diharapkan dan juga hasilnya dalam pencapaian tujuan semaksimal mungkin.
Rancangan pembelajaran ini disebut juga Rencana Program Pengajaran (RPP), yang tentunya mengacu pada Kurukulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang disesuaikan dengan situasi, kondisi dan karakteristik siswa maupun sekolah.
C.Pengorganisasian Proses Pembelajaran Materi
1.  Jalan dan Macam-macamnya
a.  Jalan jingkat
Murid membentuk formasi lingkaran, kedua tangan di pinggang dan angkat kedua tumit kaki, kemudian jalan berkeliling searah jarum jam atau berlawanan jarum jam sampai 20 hitungan atau 30 hitungan. Setelah itu balik kanan dan melakukan jalan jingkat lagi sebanyak 20 hitungan atau 30 hitungan. Tahap berikutnya anak membentuk formasi empat atau lima bersap sambil bergandengan tangan atau berkaitan siku, lalu melakukan jalan jingkat bersama-sama sap per-sap ke depan sebanyak 10 langkah atau lebih sesuai dengan luas lapangan. Selama murid melakukan jalan jingkat, guru dapat mengamati dan melakukan penilaian.

b.  Jalan dengan tumit
Murid membentuk formasi lingkaran, kedua tangan di pinggang dan angkat kedua ujung kaki sehingga tumit kaki yang menapak di tanah, kemudian jalan berkeliling searah jarum jam atau berlawanan jarum jam sampai 20 hitungan atau 30 hitungan. Setelah itu balik kanan dan melakukan jalan dengan tumit lagi sebanyak 20 hitungan atau 30 hitungan. Tahap berikutnya anak membentuk formasi empat atau lima bersap sambil bergandengan tangan atau berkaitan siku, lalu melakukan jalan dengan tumit bersama-sama sap per-sap ke depan sebanyak 10 langkah atau lebih sesuai dengan luas lapangan. Selama murid melakukan jalan dengan tumit, guru dapat mengamati dan melakukan penilaian.

c.   Jalan cepat
Murid membentuk formasi lingkaran, kemudian melakukan jalan cepat berkeliling searah jarum jam sampai 20 atau 30 hitungan. Setelah itu balik kanan dan melakukan jalan jingkat sebanyak 20 atau sampai 30 hitungan. Tahap berikutnya anak membentuk formasi empat atau lima bersap, lalu melakukan jalan cepat ke depan sap per-sap sebanyak 20 langkah atau disesuaikan dengan luas lapangan. Selama murid melakukan jalan cepat, guru mengamati dan memberikan penilaian.

d.  Jalan cepat dengan permainan aba-aba beregu
Untuk melatih dan merasakan jalan cepat dengan reaksi Prosedur:
Anak disuruh membentuk lingkaran besar dengan jarak antar anak 1 meter ‘ kemudian berjalan searah jarum jam sambil bertepuk tangan dan bernyanyi. Pada saat-saat tertentu diberi aba-aba, misalnya jika diberi aba-aba 2 maka anak harus mencari pasangan, jika diberi aba-aba 3 maka anak harus membuat regu 3 orang, begitu seterusnya. Kegiatan tetap dilakukan dengan jalan/jalan cepat tidak berlari.
Apabila anak yang tidak mendapat pasangan regu, maka akan diberikan hukuman. Macam hukuman bisa disesuaikan. Tujuan hukuman supaya anak serius dan konsentrasi mengikuti kegiatan.

e.  Jalan cepat dengan permainan hitam-hijau
1)  untuk melatih dan merasakan jalan cepat dengan reaksi
2)  untuk merasakan dan membedakan jalan cepat dengan lari

Prosedur
Anak dibagi ke dalam 2 kelompok dan dibariskan. Kedua kelompok tersebut masing-masing diberi nama Hitam dan yang satunya Hijau. Kemudian kedua kelompok itu disuruh saling membelakangi dengan jarak 1-2 meter.

Cara bermainya guru memberi aba-aba, bila disebut nama “hijau” maka regu hijau langsung jalan cepat (bukan lari) sampai pada jarak yang ditentukan, dan regu hitam langsung berbalik jalan cepat mengejar sampai bisa menyentuh/menangkapnya. Begitu sebaliknya bila yang disebutkan oleh aba-aba regu hitam, maka regu hijau yang mengejar.

Apabila peserta yang dikejar terkena sentuhan/tertangkap sebelum sampai pada jarak/tempat yang ditentukan, maka peserta yang tertangkap diberikan hukuman. Kemudian apabila yang mengejar tidak berhasil menyentuh/menangkap, maka peserta yang mengejar tersebut diberikan hukuman.

Hukuman bisa berupa lompat ditempat 20 kali atau dengan menggendong temannya tersebut. Tujuan hukuman tersebut perlu supaya peserta dalam mengikuti kegiatan tersebut bersungguh-sungguh dan konsentrasi.

2.  Lari dan nomor-nomornya dengan pendekatan strategi model pembelajarannya
a.  Lari rintangan
Lari rintangan dalam kegiatan pembelajaran atletik di sekolah menengah pertama dapat dilakukan dengan menggunakan angota, tubuh sebagai rintangan dan menggunakan alat bantu, seperti kursi, bangku swedia, peti lompat, meja, dan lain lain . Sebaiknya guru lebih dulu menggunakan rintangan anggota tubuh, supaya mengurangi rasa takut pada murid (terutama murid perempuan).

Murid duduk dengan tungkai dilunjurkan ke depan dalam formasi lingkaran menghadap searah jarum jam, dengan jarak antar murid dua rentang lengan, lengan kiri diluruskan ke samping setinggi bahu. Kemudian guru memberi aba aba supaya murid berlari melewati rintangan yang berupa lengan yang diluruskan ke samping mengelilingi semua temannya sampai kembali ke tempatnya semula. Kemudian dilanjutkan oleh teman yang berada di depannya untuk melakukan lari melewati rintangan, secara bergantian satu per satu. Setelah semuanya selesai melakukan lari melewati rintangan lengan kiri, maka dilanjutkan dengan lari melewati rintangan lengan kanan.

Selain formasi lingkaran, guru juga dapat menggunakan formasi duduk berbanjar dengan tungkai dilunjurkan ke depan, lengan kiri diluruskan ke samping setinggi bahu. Setelah itu murid yang berada paling belakang mulai berlari melewati lengan kiri yang direntangkan oleh teman teman yang berada di depannya sampai di barisan paling depan kemudian kembali lagi berlari melewati rintangan yang sama sampai di tempatnya semula. Setelah melakukan lari rintangan lengan kiri selesai, dilanjutkan dengan lari melewati rintangan lengan kanan, yang juga dilakukan secara bergiliran baris per baris sampai sernua murid melaksanakan.

Yang perlu diperhatlikan dengan seksama oleh guru adalah murid diminta melakukan gerakan lari melewati rintangan lengan kawannya ini dengan gerakan yang benar. Gerakan lari melewati rintangan dilakukan dengan cara mengangkat salah satu paha ke atas diikuti paha yang lainnya pada waktu akan melampaui rintangan lebar lalu mendarat dengan kedua kaki bagian depan. Teknik melewati rintangan lengan yang lainnya adalah dengan cara melipat tungkai sebatas lutut dan memutarkannya dari bagian luar hingga menjadi sejajar dengan lengan yang direntangkan, atau dalam bahasa yang mudah dipahami menjadi gerakan seperti anjing kencing. Jika menggunakan teknik yang kedua, maka perlu diperhatikan supaya murid melakukan gerakan melewati rintangan lengan ini dengan tungkai berada di samping jari jari tangan yang direntangkan.

b.  Lari Sambung atau Lari Estafet

Lari sambung atau lari estafet adalah suatu bentuk lari dimana terdapat dua orang atau lebih yang saling mengoperkan secara bergantian kepada temannya sehingga terjadi gerakan lari yang bersambungan sambil membawa tongkat. Untuk pembelajaran lari sambung, guru hendaknya jangan terpaku pada keharusan untuk memakai tongkat sebagai benda yang akan dioperkan kepada temannya. Banyak benda yang dapat dijadikan sebagai pengganti tongkat estafet, seperti botol bekas minuman ukuran 500 ml, ranting pohon, daun daunan, dan lain lain.

Murid dibariskan dalam formasi lingkaran dengan menghadap berlawanan arah jarum jam, kalau kelas mempunyai jumlah murid yang banyak dapat di buat menjadi dua lingkaran, lingkaran yang satu lebih besar dari lingkaran yang lainnya. Kemudian murid disuruh berhitung dari satu sampai jumlah yang hadir, lalu dibagi paruh dua, sehingga di dalam lingkaran terdapat 2 (dua) kelompok. Setelah itu murid yang bernomer awal dari kedua kelompok tersebut, berlari mengelilingi lingkaran sampai ke tempatnya semula dan sebelum masuk kedalam lingkaran pelari tersebut menepukkan tapak tangan kirinya ke tapak tangan kanan teman yang berada di depannya. Murid yang tapak tangannya selesai ditepuk segera berlari mengelilingi lingkaran seperti temannya tadi hingga tiba kembali di tempatnya semula, demikian gerakan ini dilakukan secara bergantian sambung menyambung sampai semua mendapat kesempatan yang sama. Bagi murid yang akan ditepuk tangannya, sebelum ditepuk harus mengambil posisi sedikit keluar lingkaran agar setelah ditepuk dapat segera berlari, sedangkan teman yang menepuk menggunakan tangan kiri.

Tahap berikutnya adalah memberi dan menerima menggunakan benda yang dapat dipegang oleh murid, seperti patahan ranting pohon sepanjang 25 30 centmeter, botol air mineral bekas, bambu sepanjang sepanjang 25 30 centimeter, dan lain lain. Teknik yang dilakukan pada prinsipnya sama, hanya setelah menerima tongkat murid tersebut segera memindahkan benda vang berfungsi sebagai tongkat estafet ke tangan kirinya.

Setelah memberikan tongkat dengan tangan kiri dan menerima dengan tangan kanan, dilanjutkan dengan memberi dengan tangan kanan dan menerima, dengan tangan kiri dalam, formasi bersaf atau berbanjar. Tahapan yang dilakukan pada teknik ini adalah:
1.  Menepuk teman yang di depannya dengan menggunakan tangan kanan di tempat, dilakukan melalui mengayunkan lengan dengan hitungan 1 sampai 7, pada hitungan ke delapan tangan kanan menepuk ke tangan kiri.
2.  Memberi dan menerima menggunakan alat di tempat, dilakukan dengan mengayunkan lengan 1 sampai 7 dan pada hitungan ke delapan segera memberikan ke teman yang di depannya. 
3.  Memberi dan menerima menggunakan alat sambil berjalan sampai 7 langkah, pada langkah ke delapan segera memberikan alat yang dipegang tangan kanan ke tangan kiri teman yang di depannya.
4.  Memberi dan menerima sambil berlari lari kecil dalam kelompok kelompok yang terdiri dari 4 sampai 5 orang,
5.   Memberi dan menerima menggunakan alat sambil berlari lingkaran berkelompok 3 sampai 4 orang.

c. Lari sprint/gawang
1).Deskripsi singkat: lari estafet dari kombinasi lari sprint dan lari gawang
2)Nama disiplin: “Kanga’s Escape”

Prosedur
Dua jalur lari adalah perlu untuk tiap team/regu : satu jalur dengan gawang, yang satu jalur tanpa. Setengah/separo regu berada di sisi seberang; siswa No.1 memulai dari posisi start berdiri dan lari kencang (datar) 40 m. Pada akhir jalur 40 m, dia memberikan benda lunak (misal : gelang karet besar) kepada mitra seregu No.2 yang telah menantinya. No. 2 ini sambil tangan satunya masih memegang tongkat/tiang bendera akan menerima bendak lunak dimaksud. Dia juga memulai dari start berdiri tetapi berlari (ke arah sebaliknya) dengan menempuh jarak 40 m dengan melewati rintangan gawang. Setiap kali pemberina benda lunak dilakukan dengan cara yang sama seperti antara dua orang pelari yang pertama itu. Setelah menggunakan start berdiri, maka pelari No.3 akan berlari jarak 40 m yang datar (tanpa rintangan) dan memberikan benda lunak kepada pelari No. 4 yang harus berlari melewati beberapa buah rintangan gawang. Demikian dan seterusnya.

Lomba diteruskan dengan cara demikian sampai setiap siswa telah berlari menempuh kedua jarak jalur (40 m) yang datar maupun yang ada rintangan gawangnya satu kali (sehingga mitra seregu No. 9 adalah merupakan pelari terakhir yang melewati gawang). Benda lunak (sebagai tongkat estafet) dibawa pada tangan kanan dan diberikan kepada tangan kanan dari pelari penerima pada setiap kali pergantian tongkat dimaksud.

Untuk tiap jalur diperlukan alat-alat sebagai berikut :
1.  1  buah stop-watch
2.  1 helai blangko/kartu event
3.  4 buah gawang (tinggi 50 cm, dengan jarak 6m antar gawang)
4.  2 buah tiang bendera
5.  1 buah benda lunak atau tongkat estafet
d. Lari Sprint / Lari Belak-Belok (Slalom)
- Deskripsi singkat: lari estafet kombinasi lari sprint dan lari belak-belok / slalom
- Nama disiplin: “Zig-Zag”

Prosedur
Tiap team memerlukan dua buah jalur-lari (lihat 3.1): satu jalur-lari dengan tiang belak-belok, yang lain tanpa tiang. Separuh team/regu siap disisi seberang seperti pada 3.1. Siswa No.1 memulai start berdiri dan berlari kencang 40m. Pada akhir jalur No.1 ini memberikan tongkat estafet kepada No.2 teman seregu yang telah menunggu, yang akan menerimanya sambil berpegangan pada tiang bendera. Siswa ini juga memulai dengan start berdiri tetapi berlari menempuh jarak kembali dengan mengitari tiang belak-belok. Pergantian (pemberian & penerimaan) tongkat terjadi dengan cara yang sama seperti yang dilakukan antara dua orang pelari pertama. Setelah menggunakan start berdiri pelari berikutnya No.3 berlari kencang datar dan memberikan tongkat estafet kepada siswa No. 4 yang pada gilirannya harus berlari mengitari tiang-tiang belak-belok dst.

Lomba ini diteruskan dengan cara demikian sampai setiap siswa telah berlari menempuh jalur yang lurus-datar maupun yang jalur yang belak-belok (sehingga siswa No. 9 adalah pelari terakhir yang mengitari tiang slalom yang belak-belok). Tongkat estafet itu dibawa di tangan kiri dan diberikan tiap kali kepada tangan kiri pelari penerima.
diperlukan alat-alat sebagai berikut :
1.  1 buah stop-watch
2.  1 buah kartu / blangko event / perlombaan
3.  tiang-tiang bendera untuk slalom
4.  Beberapa buah gawang (jarak antara tiang slalom dengan gawang = 4 m)
5.  2 buah tiang bendera / marka
6.  1 buah tongkat estafet (gelang karet)
Lihat contoh gambar dan Formasi : 2


e.   Sprint, Gawang dan Jalur Belak-Belok/Slalom
-   Deskripsi singkat: lari estafet sebagai kombinasi dari lari datar, lari gawang dan lari slalom
-   Nama disiplin: “Formula Satu”

Prosedur
Jalur lintasan itu kira-kira 80 m panjang dan dibagi menjadi satu tempat untuk lari sprint datar, untuk lari sprint dengan melewati gawang dan lari sprint mengitari tiang slalom (lihat gambar). Satu tongkat estafet diperlukan tiap siswa harus melakukan start dengan satu guling-depan (forward-roll) di atas matras-senam.
“Formula satu” ini adalah event beregu dimana tiap anggota regu harus menyelesaika jalur sepenuhnya (lihat figure di bawah). Sampai dengan 6 team/regu dapat berlomba pada waktu yang sama di atas satu jalur-lomba.

Memerlukan alat-alat sebagai berikut :
1.  9 buah gawang
2.  10 buah tiang slalom (dengan jarak 1 m antar tiap tiang)
3.  3 buah matras senam
4.  Kurang lebih 30 buah kerucut/marker
5.  1 buah stopwatch
6.  1 helai formulir/kartu perlombaan event


f.   Lari Enduro / Daya tahan
-   Deskripsi singkat: Berlari 8 menit menggunakan jalur lintasan kira- kira 150 m
-   Nama disiplin: “Debur jantung”

Prosedur
Tiap team/regu harus berlari keliling suatu jalur lintasan 150 m (lihat gambar bawah) dari titik start yang ditenntukan. Tiap anggota team mencoba berlari keliling jalur lintasan sesering mungkin dalam waktu 8 menit. Aba-aba start ditentukan untuk semua team bersama-sama dengan meniup pluit atau tanda yang lain).
Tiap anggota team menerima satu kartu/formulir setelh menyelesaikan setiap satu putaran di jalur lintasan. Setelah 7 menit lari, menit terakhir ini diumumkan/diberi tanda dengan suatu tiupan pluit atau dengan teriakan nyaring. Setelah waktu 8 menit penyelesaian lari diberikan tanda/signal akhir yang jelas.

Setelah menyelesaikan lomba semua siswa harus memberikan bola-bola yang terkumpulkan kepada Para Asisten yang menghitungnya untuk penilaian. Hanya putaran lari yang penuh yang dihitung; putaran lari yang tak selesai – diabaikan.

Para Asisten / Juri
Demi pengaturan yang efisien dari event ini minimal diperlukan 2 orang Asisten per team. Mereka ini bertanggung jawab untuk menunjuk/menentukan garis start, juga hal-hal yang bertalian dengan pengumpulan dan menghitung bola-bola. Mereka juga mencatat nilai di atas kartu/formulir perlombaan.
Sebagai tambahan, diperlukan juga seorang starter yang bertanggung jawab untuk pencatatan waktu dan pemberian signal-signal lainnya (signal satu menit terakhir dan signal akhir).

Diperlukan peralatan sebagai berikut :
1.  2 marka atau tiang sudut
2.  20 buah bola-bola kecil (kartu berwarna, chips, kartu-bermain atau yang mirip)
3.  1 buah stopwatch
4.  1 buah/helai kartu /formulir lomba 
Lihat contoh gambar dan Formasi: 3




g.   Lari Tangga (Ladder Running)
-   Deskripsi singkat: lari naik dan turun pada suatu tangga
-   Nama disiplin: “Kaki panas”

Prosedur
Dua buah kerucut sebagai tanda pada titik start dan titik finish dari event ini ditempatka pada jarak 9.5 m terpisah. Sebuah tangga koordinasi di tempat di lantai dengan jarak yang sama antara kerucut-kerucut (2.5 m antara tangga dengan kerucut pada masing-masing ujung). Pada saat start siswa berdiri dengan posisi kangkang (start berdiri) dengan ujung jari kakinya ditempatkan pada garis start yaitu sama dengan kerucut pertama. Setelah aba-aba start siswa berlari menuju tangga, secepat mungkin melangkah/berlari melalui tangga (jarak antara baji-baji: 50 cm) dan menuju ke kerucut ke dua. Setelah menyentuh kerucut dengan tangannya, siswa ini dengan cepat membalik dan lari kembali melalui tangga menuju kerucut pertama. Bila menyentuh kerucut ini maka pencatat waktu memberhentikan jam/stopwatch-nya.

Bila seorang siswa meninggalkan suatu daerah dari tangga atau melompati di atasnya, maka jarak itu diperpanjang dengan 1 m oleh Asisten pada kerucut berikutnya yang layak (satu orang Asisten ditempatkan pada tiap kerucut) dengan jalan ini si siswa dikenakan hukuman dengan harus berlari suatu jarak yang lebih panjang apabila tugasnya tidak dijalankan dengan sempurna. Bila dibuat dua kesalahan, jarak itu diperpanjang dengan 2 m begitu seterusnya.

Diperlukan peralatan sebagai berikut :
1.  1 buah tangga untuk koordinasi (“speed ladder”)
2.  10 buah karet busa atau baji-baji papan pasta (lebar 50 cm max. 10 cm tinggi/dalam)
3.  2 buah kerucut sebagai tanda
4.  1 buah stopwatch
5.  1 helai kartu event
Lihat contoh gambar dan Formasi: 4



3.Nomor lempar dan strategi pendekatan model pembelajaran
Sebelum mengajarkan tekhnik nomor lempar yangsesungguhnya contohnya pemberian materi lempar lembing, akan lebih baik jika seorang guru bisa dengan kreatif memberikan tahapan-tahapan tekhnik dimulai dari yang sederhana terus mengarah ke arah tekhnik yang sebenarnya. Adapun bentuk-bentuk latihan dibawah ini bisa dicoba untuk membantu guru-guru mengajarkan materi atletik nomor laempar lembing da sekolah.
a.Melempar sasaran
1).  Deskripsi : Melempar sasaran dengan satu tangan
2).  Nama disiplin : Melempar Bom
Prosedur
Lempar sasaran ini dilakukan dari suatu tempat dengan awalan 5m. Sebuah rintangan tinggi dipasang pada ketinggian 2,5 - 4m, dengan daerah sasaran ditentukan di lantai 2,5 – 4m dibalik rintangan.
Benda yang ditandai dilemparkan ke sasaran dengan melewati rintangan seperti peserta melempar dari suatu jarak yang dipilih dari rintangan. Masing-masing peserta/siswa memperoleh tiga kali kesempatan mencoba (giliran lomba). Pada tiap kesempatan, seorang peserta/siswa dapat memilih melempar dari salah satu dari empat garis jarak yang tersedia: 6m, 7m, 8m, atau 10m jauhnya dari rintangan yang tinggi. Lebih banyak nilai-nilai pitensial yang dipertaruhkan sejak jarak dari rintangan itu meningkat.

Penilaian
Mengenai daerah sasaran atau sekurangnya pinggiran dari sasaran itu, ini dinilai sebagai suatu percobaan yang berhasil. Nilai-nilai dicatat bagi setiap perkenaan (lemparan dari 6m = 2 poin, 7m = 3 poin, 8m = 4 poin, 10m =5 poin). Bila benda/alat itu dilemparkan kepada rintangan tetapi tidak mengenai bidang sasaran, ini dinilai 1 poin. Tiap peserta/siswa memiliki 3 kali kesempatan melempar, kemudian jumlah score-nya menyumbang total nilai team.

Asisten
Diperlukan 1 orang asisten tiap team untuk mengorganisir kegiatan ini dan punya tugas sebagai berikut:
1).Mengontrol dan mengatur prosedur event atau kegiatan (jarak lempar dan perkenaan)
2)Untuk mencatat dan menilai score diatas kartu event atau kegiatan.



Peralatan
1). 1 buah daerah sasaran (matras lompat tinggi atau alat-alat sejenis dan ukurannya)
2). 1 buah rimtangan tinggi kira-kira 2,5 – 4m (gawang sepak bola atau tiang lompat tinggi/galah dengan mistar, dll)
3). Peralatan lempar (bola berekor, lembing lunak, bola vortex, dll)
4). 1 buah kartu event/kegiatan per-team.

Lihat contoh gambar dan formasinya: 5



b.  Lempar lembing mini
1)   Deskripsi : Lemparan satu lengan untuk mencapai jarak dengan suatu lembing mini/modifikasi
2)   Nama disiplin : Lempar Turbo
Prosedur
Lempar lembing mini ini dilakukan dari suatu daerah 5m dari awalan. Setelah melakukan lari awalan singkat, si peserta/siswa melempar lembing ke daerah lemparan dengan menggunakan lembing lunak atau lembing turbo atau lembing mini hasil modifikasi yang disesuaikan. Masing-masing peserta/siswa mendapat 2 kali giliran kesempatan lempar.

Penilaian
Setiap lemparan diukur dengan sudut siku-siku terhadap garis salah dan dicatat dalam interval 25cm (mengambil angka yang lebih tinggi dimana tempat pendaratan lembing di antara garis-garis). Lemparan yang lebih baik dari dua kali kesempatan percobaan dari tiap anggota team akan menyumbangkan score team.

Asisten
Event/kegiatan ini memerlukan 2 orang asisten per-team dan bertugas sebagai berikut:
1)  Mengontrol dan mengatur prosedur
2)  Untuk menilai jarak lemparan dimana lembing mendarat
3)  Untuk membawa lembing ke garis salah
4)  Untuk menilai dan mencatat score pada kartu event/kegiatan

Peralatan
Untuk event/kegiatan ini diperlukan alat sebagai berikut:
1)   2 buah lembing mini (lembing mini dan lembing turbo)
2)   Pita alat pengukur yang telag dikalibrasikan, pita ukur baja
3)   1 lembar kartu event/kegiatan per-team
Catatan: Sejak keamanan atau faktor keamanan adalah kritis dan harus diperhatikan dalam event/kegiatan ini maka hanya asisten yang diizinkan ada di daerah pendaratan lempar lembing. Adalah dilarang keras melempar lembing kembali dalam arah dari garis salah.


D.   Aspek Pedagogis Dan Internalisasi Dari Hasil Pembelajaran
Hasil adalah hal yang ingin dicapai dalam tujuan, begitu juga dalam hal pembelajaran disekolah. Namun demikian hasil yang didapat terkadang jauh dari harapan. Untuk itu perlu disusun sebuah program pembelajaran yang terencana secara sistematik, efektif dan efesien. Jika semuanya telah kita persiapkan dengan matang, maka hasil yang maksimal akan kita dapatkan.

Dalam prakteknya si sekolah seorang guru pendidikan jasmani harus mempunyai kompetensi yang baik dan menguasai banyak cabang olahraga.
Kemudian disamping itu pula seorang guru pendidikan jasmani harus mempunyai profil diantaranya:
1.  Memiliki 4 kompetensi dasar sebagai pendidik
2.  Dekat dengan anak/siswa sehingga selalu mengenal kondisi anak
3.  Mempunyai pola hidup aktif
4.  Mampu mendorong atau memotivasi anak untuk aktif bergerak.

Proses pembelajaran di sekolah terutama pembelajaran pendidikan jasmani diharapkan dapat pula menjadi ajang pengembangan kreativitas anak/siswa di dalam kehidupan sehari-hari, karena bukan hasil dari perkembangan motorik atau gerak saja.
Dampak dari pembelajaran terutama pembelajaran pendidikan jasmani melalui aktifitas gerak dan permainan akan mengarah pada tujuan pembelajaran pada umumnya. Seperti halnya dalam pembelajaran atletik materi jalan, lari dan lempar ini akan tercapai:
1.Dampak langsung atau tujuan utama (main effect) adalah dampak hasil dari pembelajaran yang terlihat dari siswa/murid melalui proses pembimbingan langsung oleh guru yang berupa skil/kemampuan perkembangan gerak/motorik, yang termasuk pula pada aspek psikomotor.
2.Dampak pengiring atau tujuan penyerta dampak hasil dari pembelajaran pendidikan jasmani melalui aktifitas gerak dan permainan tanpa bimbingan langsung dari guru yang termasuk juga ke dalam aspek kognitif dan afektif, ini terlihat dari siswa diantaranya berupa:
3.Sikap disiplin
4.Tanggung jawab
5.Kerjasama antara teman
6.Menghargai sesama terutama akan kemampuan teman atau sikap apresiasi yang tinggi
7.Kemampuan menganalisa sesuatu
8.Rasa sosialisasi yang tinggi
9.Kemampuan berfikir yang meningkat
10.Mampu mengembangkan kemampuan dalam mengabil keputusan, dll.

BAB III
PENUTUP

Pendidikan jasmani sebagai bagian yang tak terpisahkan dari sistem pendidikan nasional, memiliki peranan penting dengan ciri khusus dalam upaya peningkatan kebugaran dan keterampilan fisik peserta didik.Pembelajaran pendidikan jasmani melalui aspek-aspek yang ada di dalamnya hanyalah merupakan upaya penyemaian untuk menjadikan aktifitas jasmani sebagai pola hidup sehat dimana di dalamnya terkandung unsur kebugaran jasmani.

Pemilihan aspek-aspek pendidikan jasmani dan materi pokok pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang diharapkan tentunya harus mempertimbangkan kondisi siswa, lingkungan sebagai daya dukung dan penghambat, serta prasyarat pembelajaran lain sehingga proses pembelajaran berlangsung aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan. Atletik sebagai materi pokok dengan berbagai nomornya dipandang memiliki keunggulan sebagai aktifitas yang menyenangkan karena dipergunakannya sebagai sarana dari lingkungan sebagai alat bantu pembelajaran. Mengingat potensi ini, tentunya sangat sayang jika tidak dikembangkan.

Pengembangan atletik sebagai materi pokok hendaknya mulai dari peningkatan kemampuan guru sebagai sumber informasi, fasilitator, dan katalisator pembelajaran dalam rangka pencapaian kompetensi-kompetensi yang harus dicapai oleh peserta pembelajaran. Peningkatan kemampuan guru dimulai dari memperkaya pengetahuan tentang berbagai nomor atletik yang mencakup pengetahuan umum dan tekhnik gerak, persiapan pembelajaran, pengelolaan pembelajaran, hingga penilaian.

Kita sadar bahwa model, metode pembelajaran atau ilmu kepelatihan selalu berubah seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, oleh karena itu hendaknya kita selalu terbuka untuk menerima dan mempelajari untuk kemudian diterapkan disekolah sepanjang itu demi kemajuan dunia pendidikan di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA


Balai Pendidikan Guru, Pendidikan Jasmani, Bandung: ………………………..

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1973, Pedoman Mengajar Olahraga Pendidikan di Sekolah Dasar, ………………

Hans Kazenbogner/Spiel Leichtathletik, Michel Medler, Laufen Und Werfen Springen, Und Wettkampfen, …………………………

IAF, The Beginners Guide to Athletics, ……………………..

Ichsan, 1989, Pendidikan Kesehatan dan OLahraga, Bandung: FPOK IKIP Bandung

Kuntaraf, Jonathan & Kathlm Liwijaya, 1992, Olahraga Sumber Kesehatan, Bandung: Advent Indonesia

Mashoed, Pedoman Mengajar Olahraga Pendidikan di Sekolah Dasar, Jakarta: CV. Baru

Victor P. Dauer, Robert Pangrazi, Dynamic Physical Education for Elementary School Children, ………………………….

WS Winkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Jakarta: PT Gramedia



Saran kirim ke setiadi_th@yahoo.co.id
Semoga dapat bermanfaat buat kita semuanya,-