PENINGKATAN
KESEGARAN JASMANI MELALUI PENDEKATAN BERMAIN
Oleh
SETIADI, S.Pd.
Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan jasmani harus diarahkan pada pencapaian tujuan tersebut. Tujuan pendidikan jasmani bukan hanya mengembangkan ranah jasmani, tetapi juga mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui kegiatan aktivitas jasmani dan olah raga.
Pendidikan jasmani merupakan media
untuk mendorong perkembangan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan dan
penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-spritual-dan
sosial), serta pembiasan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang
pertumbuhan dan perkembangan yang seimbang.
Pendidikan jasmani memiliki peran yang sangat penting dalam mengintensifkan penyelenggaraan pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan jasmani memberikan kesempatan pada siswa untuk terlibat langsung dalam aneka pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, bermain, dan berolahraga yang dilakukan secara sistematis, terarah dan terencana. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina, sekaligus membentuk gaya hidup sehat dan aktif sepanjang hayat.
Dalam proses pembelajaran pendidikan
jasmani guru harus dapat mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik
dan strategi permainan/olahraga, internalisasi nilai-nilai (sportifitas, jujur
kerjasama, dan lain-lain) dari pembiasaan pola hidup sehat. Pelaksanaannya
bukan melalui pengajaran konvensional di dalam kelas yang bersifat kajian
teoritis, namun melibatkan unsur fisik mental, intelektual, emosional dan
sosial. Aktivitas yang diberikan dalam pengajaran harus mendapatkan sentuhan
dikdakdik-metodik, sehingga aktivitas yang dilakukan dapat mencapai tujuan
pengajaran.
Melalui pendidikan jasmani diharapkan siswa dapat memperoleh berbagai pengalaman untuk mengungkapkan kesan pribadi yang menyenangkan, kreatif, inovatif, terampil, meningkatkan dan memeliharan kesegaran jasmani serta pemahaman terhadap gerak manusia.
Namun kenyataan di lapangan dalam
masa transisi perubahan kurikulum dari kurikulum 1994 menjadi kurikulum 2004
yang semula pendidikan jasmani dan kesehatan dengan alokasi waktu 2 jam per
minggu @ 40 menit, sekarang Pendidikan Jasmani dengan alokasi waktu 3 jam per
minggu @ 40 menit, masih banyak kendala dalam menerapkan kurikulum tersebut.
Hal ini disebabkan karena belum adanya sosialisasi secara menyeluruh di jajaran
pendidikan sehingga masih banyak perbedaan penafsiran tentang pendidikan
jasmani utamanya dalam pembagian waktu jam pelajaran.
Adanya ruang lingkup mata pelajaran pendidikan jasmani dalam kurikulum 2004 untuk jenjang SD/MI, SMP/MTs, dan SMA MA sebenarnya sangat membantu pengajar pendidikan jasmani dalam mempersiapkan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan siswa. Adapun ruang lingkup pendidikan jasmani meliputi aspek permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, uji diri / senam, aktivitas ritmik, aktivitas ritmik, akuatik (aktivitas air) dan pendidikan luar kelas.
Sesuai dengan karakteristik siswa
SMP, usia 12 – 16 tahun kebanyakan dari mereka cenderung masih suka bermain.
Untuk itu guru harus mampu mengembangkan pembelajaran yang efektif, disamping
harus memahami dan memperhatikan karakteristik dan kebutuhan siswa. Pada masa
usia tersebut seluruh aspek perkembangan manusia baik itu kognitif, psikomotorik
dan afektif mengalami perubahan. Perubahan yang paling mencolok adalah
pertumbuhan dan perkembangan fisik dan psikologis.
Agar standar kompetensi pembelajaran pendidikan jasmani dapat terlaksana sesuai dengan pedoman, maksud dan juga tujuan sebagaimana yang ada dalam kurikulum, maka guru pendidikan jasmani harus mampu membuat pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Untuk itu perlu adanya pendekatan, variasi maupun modifikasi dalam pembelajaran.
B. Identifikasi Masalah
Dengan adanya kurikulum berbasis kompetensi yang merupakan pedoman bagi guru dan merupakan bahan kegiatan dalam pembelajaran, maka siswa perlu mempelajari dan melaksanakan untuk mencapai kompetensi yang sudah dirumuskan. Untuk mencapai standar kompetensi tersebut bukanlah yang mudah. Adapun permasalahan-permasalahan yang muncul dilapangan sebagai berikut:
1. Banyak dikalangan pendidikan yang belum memahami tentang perbedaan
Pendidikan Jasmani dan Olah Raga.
2. Kurangnya pemahaman dari siswa tentang maksud dan tujuan pendidikan jasmanisehingga pada proses pembelajaran belum semua antusias untuk beraktivitas jasmani.
3. Kurangnya pemahaman tentang arti pentingnya tubuh bugar dan sehat, sehingga
mereka mengikuti pendidikan jasmani hanya sekedar ikut dan memperoleh nilai.
C. Perkembangan Mata pelajaran
Pendidikan Jasmani
Pendidikan pada dasarnya berperan mencerdaskan kehidupan bangsa, yang sasarannya adalah peningkatan kualitas manusia Indonesia baik itu sosial, spiritual dan intelektual, serta kemampuan yang profesional. Untuk itu pembangunan keolahragaan perlu dikembangkan dan ditingkatkan diseluruh tanah air terutama di sekolah–sekolah yang nantinya dapat menunjang proses belajar siswa .
Mata pelajaran Pendidikan Jasmani
Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara
keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani,
keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, kemampuan sosial, penalaran,
stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan
lingkungan bersih melalui aktifitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih
yang direncanakan secara sistimatis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
nasional.
Pendidikan sebagai suatu pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup, pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang diajarkan di sekolah memiliki peranan yang sangat penting, yaitu memberikan kesempatan pada anak didik untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan yang terpilih yang dilakukan secara sistimatika. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan bugar sepanjang hayat.
Pendidikan memiliki sasaran
pedagogik, oleh karena itu pendidikan kurang lengkap tanpa adanya pendidikan
jasmani olahraga dan kesehatan, karena gerak merupakan aktivitas jasmani adalah
dasar bagi manusia untuk mengenal dunia dan dirinya sendiri yang secara alami
berkembang searah dengan perkembangan zaman.
Dalam perkembangannya yang terjadi selama ini telah terjadi kecendrungan dalam memberikan makna mutu pendidikan yang hanya dikaitkan dengan aspek kemampuan kognitif. Pandang ini telah membawa akibat terabaikannya aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, seni, psikomotor, serta life skill.
Dengan adanya mata pelajaran
pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan salah satu media untuk
mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik,
pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai
(sikap-mental-sportivitas-spritual-sosial) serta pembiasaan pola hidup sehat
yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan
psikis yang seimbang.
Usaha – usaha yang perlu dilakukan untuk melaksanakan usaha di atas adalah salah satunya dengan melakukan pembinaan olahraga disekolah-sekolah, serta melakukan olahraga secara rutin, kegiatan olahraga yang dilakukan di sekolah tidak hanya terpaut dengan waktu 2 x 45 menit atau selama proses belajar mengajar berlangsung. Kegiatan yang dilaksanakan di sekolah harus terarah dan terencana, guna mencapai tujuan kesegaran jasmani yang diinginkan.
Salah satu bidang studi yang cukup
penting dalam rangka peningkatan kesegaran jasmani adalah mata pelajaran
Pendidikan Jasmani. Tujuan pendidikan jasmani di sekolah adalah membantu siswa
dalam peningkatan kesegaran Jasmani melalui pengenalan dan penanaman sikap
positif serta kemampuan gerak dari berbagai aktivitas jasmani, sedangkan fungsi
dari Pendidikan jasmani yang disajikan di sekolah memiliki fungsi antara
pengembangan aspek: (a) organic, (b) neuro moscular, (c) perceptual, (d) social
dan (e) emosional (Depdiknas : 2003b)
D. Pembelajaran Pendidikan Jasmani
Teori-teori tentang upaya meningkatkan kebugaran tubuh telah banyak dikemukakan oleh para pakar. Dalam hubungannya dengan penelitian ini, penulis mencoba menggunakan model pembelajaran beraktivitas jasmani sambil bermain. Aktivitas ini merupakan salah satu metode yang tepat dimana keaktifan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran sekalipun sambil bermain mereka sudah melaksanakan kegiatan jasmani sebagai upaya untuk menjaga kebugaran tubuh. Hal ini sangat bagus untuk melatih kemampuan kognitif, psikomotorik dan afektif siswa.
Dari judul tersebut diatas dapat
dikemukakan bahwa model pembelajaran dengan pendekatan bermain merupakan
variabel bebas (independent variable), sedangkan tingkat kesegaran jasmani
siswa sebagai variabel terikat (dependent variable).
1. Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani adalah suatu
proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan
kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku
hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar
diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh
ranah, jasmani, psikomotor, kognitif dan afektif setiap siswa.
Pengalaman yang disajikan akan membantu siswa untuk memahami mengapa manusia bergerak dan bagaimana cara melakukan gerakan secara aman, efisien, dan efektif. (Kurikulum Penjas SMP, 2004). Dari banyak pendapat tentang pengertian pendidikan jasmani, dapat disimpulkan pendidikan jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematik diarahkan untuk mengembangkan dan meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, perseptual, kognitif, dan emosional dalam kerangka sistem pendidikan nasional. (Pedoman Khusus Pengembangan Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi SMP, 2004).
2. Materi Pendidikan Jasmani SMP/MTs
Struktur materi pendidikan jasmani
dikembangkan dan disusun dengan menggunakan model kurikulum kebugaran jasmani
dan pendidikan olahraga (Jewwet, Ennis, and Bain, 1995). Asumsi yang digunakan
oleh kedua model ini adalah untuk menciptakan gaya hidup sehat dan aktif,
manusia perlu memahami hakikat kebugaran jasmani dengan menggunakan resep
latihan yang benar. Materi mata pelajaran pendidikan jasman SMP/MTs meliputi
hal-hal sebagai berikut :
a. Pengalaman mempraktikkan latihan untuk mempertahankan dan meningkatkan
kebugaran jasmani
b. Pengalaman mempraktikkan keterampilan dasar atletik, senam, permainan dan
beladiri
c. Keterampilan memelihara dan meningkatkan kebugaran jasmani, pengetahuan
hakikat kebugaran jasmani, serta pengetahuan praktis latihan kebugaran jasmani
d. Penerapan peraturan, dan praktik yang aman dalam pelaksanaan kegiatan atletik,
senam, permainan dan beladiri
e. Perilaku yang menggambarkan sikap sportif dan positif, emosi yang stabil, dan
gaya hidup yang sehat
Materi pendidikan jasmani SMP/MTs merupakan kelanjutan dari materi di Sekolah Dasar, dan dilanjutkan di SMA. Mater pembelajaran untuk kelas VII dan VIII SMP/MTs meliputi keterampilan dasar olahraga, kesegaran jasmani, dan pembentukan sikap dan perilaku untuk membentuk kecakapan hidup personal.
3. Karakteristik Pendidikan Jasmani
Pendidikan Jasmani merupakan salah satu mata pelajaran yang ada di SMP/MTs, yang mempelajari dan mengkaji gerak manusia secara interdisipliner. Gerak manusia adalah aktivitas jasmani yang dilakukan secara sadar untuk meningkatkan kebugaran jasmani dan keterampilan motorik, mengembangkan sikap dan perilaku agar terbentuk gaya hidup yang aktif. Aktivitas jasmani yang dilakukan berupa aktivitas bermain, permainan, dan olahraga.
4. Karakteristik Siswa SMP/MTs
Selama di SMP/MTs, seluruh aspek perkembangan manusia yaitu psikomotor, kognitif, dan efektif mengalami perubahan yang luar biasa. Siswa SMP/MTs mengalami masa remaja, satu periode perkembangan sebagai transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Masa remaja dan perubahan yang menyertainya merupakan fenomena yang harus dihadapi oleh guru.
1) Perkembangan aspek psikomotorik Wuest dan Lombardo (1974) menyatakan bahwa perkembangan aspek psikomotor seusia siswa SMP/MTs ditandai dengan perubahan jasmani dan fisiologis secara luar biasa. Salah satu perubahan luar biasa tersebut adalah pertumbuhan tinggi badan dan berat badan.
2) Perkembangan aspek kognitif, Arasoo T.V (1986) menyatakan bahwa aspek kognitif meliputi fungsi intelektual, seperti pemahaman, pengetahuan, dan keterampilan berpikir. Untuk siswa SMP/MTs perkembangan kognitif utama yang dialami adalah formal operasional yang mampu berfikir abstrak dengan menggunakan simbol-simbol tertentu. Selain itu ada peningkatan fungsi intelektual, kapabilitas memori dan bahasa, dan perkembangan konseptual.
3) Perkembangan aspek afektif, Menurut Arasoo T.V (1986), ranah afektif menyangkut perasaan, moral dan emosi. Perkembangan afektif siswa SMP/MTs mencakup proses belajar perilaku dengan orang lain atau sosialisasi. Sebagian besar sosialisasi berlangsung lewat pemodelan dan peniruan orang lain.
E. Pembelajaran dengan Pendekatan
Bermain
Pendekatan bermain adalah salah satu bentuk dari sebuah pembelajaran jasmani yang dapat diberikan di segala jenjang pendidikan. Hanya saja, porsi dan bentuk pendekatan bermain yang akan diberikan, harus disesuaikan dengan aspek yang ada dalam kurikulum. Selain itu harus dipertimbangkan juga faktor usia, perkembangan fisik, dan jenjang pendidikan yang sedang dijalani oleh mereka.
Model pembelajaran dengan pendekatan
bermain erat kaitannya dengan perkembangan imajinasi perilaku yang sedang
bermain, karena melalui daya imajinasi, maka permainan yang akan berlangsung
akan jauh lebih meriah. Oleh karena itu sebelum melakukan kegiatan, maka guru pendidikan
jasmani, sebaiknya memberikan penjelasan terlebih dahulu kepada siswanya
majinasi tentang permainan yang akan dilakukannya.
Pendekatan permainan adalah suatu proses penyampaian pengajaran dalam bentuk bermain tanpa mengabaikan materi inti. Permainan yang dimaksukan disini adalah permainan kecil yang materinya disesuaikan dengan standar kompetensi dalam kurikulum. Permainan kecil ini dapat digunakan untuk mengajar Atletik, senam dan cabang olahraga lainnya yang ada hubunganya dengan pendidikan jasmani.
Menurut Cholik, M (1997) Pelajaran
pendidikan jasmani di sekolah bukan mengejar prestasi (aspek skill) tetapi
menyalurkan dorongan-dorongan untuk aktif bermain. Pendidikan jasmani untuk
anak harus lebih menekankan kepada aspek permainan dari pada teknik cabang
olahraganya karena bermain adalah kebutuhan yang harus dipenuhi oleh setiap
manusia pada umumnya dan siswa khususnya. Jadi dengan demikian permainan
dikonsentrasikan pada pendekatan memahami masalah yang didasarkan atas domein
kognitif, dirancang oleh guru untuk mengarahkan siswa memahami kegiatan dan
tujuan ketrampilan dalam kegiatan tersebut. Pendekatan ini memungkinkan guru
untuk membantu kelompok kecil atau individu yang tekniknya masih kurang.
Dengan menyeimbangkan penekanan pada domein kognitif, afektif dan psikomotor dalam kegiatan fisik berupa bermain, diharapkan dapat menarik keinginan siswa bila mereka dibantu dan dorong oleh gurunya. Bermain merupakan aktifitas yang dapat membentuk kepribadian dan penemuan diri bagi siswa. Penekanan dalam bermain akan menjadikan mata pelajaran Pendidikan Jasmani sesuatu yang sangat menyenangkan dan sangat menarik dan selalu ditunggu-tunggu oleh siswa. Dengan pendekatan permainan kecil untuk mencapai tujuan pelajaran akan mempunyai dampak dalam proses belajar mengajar sebagai berikut :
- Menempatkan permainan kecil menjadi fokus dari mata
pelajaran Pendidikan jasmani yang dapat meningkatkan kegembiraan dan
kepuasan pada diri siswa dalam melakukan gerakan-gerakan untuk bermain,
dalam rangka mencapai unsur kesegaran jasmani.
- Memungkinkan siswa yang kurang terampil berolahraga dan
kurang menyenangi olahraga akan menyenangi kegiatan jasmani atau olahraga
seperti kawan-kawan lain yang secara jasmaniah berbakat dalam olahraga.
- Mendorong siswa untuk belajar mengambil keputusan
mereka sendiri dalam waktu yang sangat singkat.
- Keterampilan olahraga tidak mutlak harus dimiliki oleh
siswa laki-laki saja tetapi siswa perempuan harus mampu untuk
melakukannya.
Jadi dengan demikian dari berapa
pendapat para pakar di atas maka dapat kita hubungkan dengan kenyataan yang
ada, maka gerakan bermain siswa akan menemukan dirinya sendiri sebagai suatu
kesatuan yang lahir tersendiri dengan ciri-ciri tubuh dan kapasitas dirinya
sendiri. Konsep yang timbul tentang dirinya adalah mempertinggi ego seperti
perhatian terhadap ketangkasan dan akal dan pikirannya.
F. Kesegaran Jasmani
Kesegaran jasmani merupakan aspek yang sangat penting dari kesegaran jasmani secara keseluruhannya, yang nantinya akan memberikan kesanggupan pada seseorang untuk menjalani hidup yang produktif serta dapat menyesuaikan diri setiap beban fisik yang layak, (Sutarman, 1975). Kemampuan seseorang untuk menunaikan tugasnya sehari – hari dengan gampang, tanpa merasa lelah yang berlebihan, dan masih mempunyai sisa atau cadangan tenaga untuk keperluan yang mendadak.
Dapat pula ditambahkan, kesegaran
jasmani merupakan kemampuan untuk menunaikan tugas-tugas dengan baik walaupun
dalam kedaaan sukar, dimana orang yang kesegaran jasmaninya kurang, tidak akan
dapat melakukanya (Sumosardjono, 1992). Jadi dengan demikian dapat dikemukakan
bahwa ada komponen-komponen yang dapat mempengaruhi kesegaran jasmani, yaitu :
(a) kondisi fisik setelah melakukan tugas-tugas yang diberikan tetap baik; (b)
kemampuan atau kapasitas seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas sehari-hari;
(c) Kemampuan untuk mengatasi situasi dalam keadaan sukar.
Tingkat kesegaran jasmani sangat penting dan sesuai dengan kebutuhan siswa yang selalu dihadapkan dengan kegiatan jadwal pelajaran yang padat, karena bila kesegaran jasmani meningkat akan dapat memberikan hal yang berarti terhadap ketahanan jasmaniah. Seseorang memiliki tingkat kesegaran jasmani yang tinggi akan memiliki kekuatan dan ketahanan untuk melakukan aktifitas kehidupan tanpa mengalami kelelahan yang berarti.
Selanjutnya “Seseorang yang
mempunyai dasar kesegaran jasmani yang baik, dan perkembangan badan yang kuat
melalui aktifitas jasmani, akan lebih memiliki pandangan keingintahuan sebab
mempunyai semangat hidup yang lebih besar dan tingkat tenaganya yang tinggi.
Tenaga tersebut diperlukan untuk menyelesaikan tugasnya dan kegiatan rutin”
(Adisasmita, 1989). Dari penjelasannya dapat dikemukakan bahwa kesegaran
jasmani merupakan faktor penentu dalam segala aspek kehidupan. Seorang yang
memiliki tingkat kesegaran jasmani yang tinggi atau tingkat kondisi tubuh yang
prima akan dapat melakukan aktivitas yang lama dengan beban yang cukup, tanpa
mengalami kelelahan yang berarti.
Dengan meningkatnya kesegaran jasmani siswa, dia akan mempunyai daya tahan tubuh terhadap berbagai macam penyakit yang akan mengganggu aktivitas belajarnya. Kekebalan terhadap penyakit merupakan faktor yang sangat penting. Seorang siswa yang dikatakan dalam kondisi baik (fit) kesegaran jasmaninya, berarti kekebalan tubuhnya terhadap serangan penyakit keturunan maupun penyakit yang datangnya dari lingkungan semakin membaik. Kesegaran jasmani dapat dikelompokkan sebagai berikut : ”(a) kekebalan terhadap serangan penyakit; (b) kekuatan dan ketahanan otot; (c) Ketahanan cardiorespiratory; (d) daya otot (muscular power); (e) fleksibelitas; (f) kecepatan; (g) kelincahan; (h) koor-dinasi; (i) keseimbangan; (j) ketepatan” (Ahady dan Heiri 1982).
Sadoso (1989 : 9) Kesegaran jasmani
adalah keadaan atau kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas atau
tugas-tugasnya sehari-hari dengan mudah tanpa mengalami kelelahan yang berarti
dan masih mempunyai siswa atau cadangan tenaga untuk menikmati waktu
senggangnya untuk keperluan-keperluan lainnya.
Komponen atau faktor kesegaran jasmani dan komponen kesegaran motorik merupakan satu kesatuan utuh dari komponen kondisi fisik. Agar seseorang dapat dikategorikan kondisi fisiknya baik, maka status komponen-komponennya harus berada dalam kondisi baik pula. Adapun komponen atau faktor jasmani adalah : kekuatan, daya tahan kelenturan.
Dari uraian di atas, dapat
disimpulkan banyak sekali hal-hal yang dapat mempengaruhi tingkat kesegaran
jasmani seseorang, salah satunya yaitu melalui aktifitas jasmani. Pendidikan
jasmani dapat digunakan sebagai bentuk kegiatan siswa dalam upaya menjaga dan
sekaligus meningkatkan tingkat kesegaran jasmani. Dengan mempertimbangkan
karakter dan perkembangan siswa guru harus dapat merencanakan dengan matang
proses pembelajaran. Dalam membuat perencanaan tersebut guru bisa menggunakan
pendekatan, teknik, metode ataupun model pembelajaran.
G. Simpulan
1. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kesegaran jasmani seseorang, salah satunya yaitu melalui aktivitas jasmani. Dengan demikian pendidikan jasmani dapat digunakan sebagai bentuk kegiatan siswa dalam upaya menjaga dan meningkatkan kesegaran jasmani.
2. Dalam proses pembelajaran
pendidikan jasmani sangat diperlukan adanya model dan variasi pelajaran. Untuk
itu pengajar sebaiknya dapat membuat model ataupun modifikasi pembelajaran,
salah satunya adalah model pembelajaran dengan pendekatan bermain.
REFERENSI
Ahady, Muchtar, Hairy , Junusul .
1982 . Kesegaran Jasmani. Padang : FPOK IKIP Padang
Bafirman . 1989 . Pembinaan
Kesegaran Jasmani, Padang : FPOK IKIP Padang.
Cholik, M. 1977. Pendidikan
Jasmani dan Kesehatan, Jakarta, Proyek Pengembangan Guru Sekolah Dasar
Depdiknas, 2003. Kurikulum 2004;
Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani SMP dan MTs. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Depdiknas, 2003, Undang-Undang R.I
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta : Depdiknas
J. Mata Kupan, 2002, Teori Bermain,
Jakarta : Universitas Terbuka
Ngalim Purwanto. M, 2003, Ilmu
Pendidikan Teori dan Praktik, Bandung : Remaja Rosdakarya.
Sutarman. 1975. Pengertian
Kesegaran Jasmani dan Tes Kardiorespirasi, Concepts of Scineces. Ed.Sic.
Swanpo dan Marry W. Sic, Jakarta ; KONI.
Tim Penyusun. Pendidikan Jasmani
SMP/MTs. Jakarta : Depdiknas.
Winata Putra Udin, 1994, Strategi
Belajar Mengajar, Jakarta : Universitas Terbuka
Yusuf, Adisasmita. 1989. Hakikat, Filsafat
dan Peranan Pendidikan Jasmani Dalam Masyarakat. Jakarta : Depdikbud.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar