Senin, 19 Oktober 2009

DASAR_DASAR PENDIDIKAN JASMANI

Terdapat perbedaan pendapat mengenai pengertian olahraga dan pendidikan jasmani yg di gunakan di Indonesia. Ada yg berpendapat bahwa olahraga dan pendidikan jasmani adalah dua istilah yg mempunyai satu pengertian yg sama, apabila berbeda hanya pada intensitasnya. Pendapat yg lain mengatakan bahwa olahraga dan pendidikan jasmani sangat berbeda dalam hal konsep, prinsip dan prosedur yg dilakukannya.
Beberapa istilah yg pernah di gunakan dalam pendidikan jasmani di sekolah mulai dari istilah : gerak badan (1945-1950), pendidikan jasmani (1950-1961), olahraga (1962-1967), pendidikan olahraga dan kesehatan (1967-1982), pendidikan jasmani dan kesehatan (1982-1995).
Pada tahun era gerak badan (1945-1950), gerak badan sudah masuk dalam bagian pendidikan yg diajarkan di sekolah-sekolah dengan materi pelajaran atletik dan senam di tambah latihan militer. Pada era pendidikan jasmani (1950-1961) ini lahir landasan yuridis formal yg mengatur pendidikan jasmani yaitu dengan lahirnya undang-undang No.4/1950, kemudian menjadi undang-undang No.12/1954. yg sebagian isinya berbunyi :
Bangsa Indonesia sehat dan kuat lahir batin. Oleh karena itu pendidikan jasmani berkewajiban juga memajukan dan memelihara kesehatan badan terutama dalam arti profentif dan juga secara correctief.
Untuk mengawasi jalannya pendidikan jasmani maka pemerintah membentuk inspeksi pendidikan jasmani (IPJ) dan untuk memenuhi kebutuhan guru, didirikan sekolah pendidikan guru pendidikan jasmani (SGPD), akademik pendidikan jasmani , kursus B-I, B-II.
Pada era olahraga (1962-1967), perkembangan olahraga semakin baik, dengan berbagai kebutuhan sekolah maka SGPD di ganti dengan nama SMOA dan istilah olahraga yg di pergunakan. Pada era pendidikan jasmani (1967-1982), istilah ini muncul karena olahraga tidak di ditangani oleh Departemen Olahraga, akan tetapi di tangani oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Pada era pendidikan jasmani dan kesehatan (1982-1995) istilah pendidikan jasmani makin kokoh dengan di rumuskan undang-undang No.2/1989.
SK Mendikbud No.0413/U/1987 menerangkan bahwa kurikulum tingkat Dasar sampai menengah adalah pendidikn jasmani. Dan untuk Perguruan Tinggi berdasarkan SK Dirjen Dikti No.556a/D/Q/1992 tentang Kurikulum Pendidikan Tenaga Pendidik Sekolah Menengah (PTKSM) pada IKIP / FKIP.
Ketetapan MPR RI No.II/MPR/ 1978, TAP No.II/MPR/ 1983 dan TAP No.II/MPR/1988 dalam Garis-garis Besar Haluan Negara menggunakan ide pendidikan jasmani dan olahraga secara terpisah. TAP No. II/MPR/ 19.. istilah pendidikan jasmani tidak ada, yg ada hanya istilah Olahraga. Dengan surat keputusan Mentri Negara Olahraga No.0013/ MENPORA 84 tanggal 11 juni 1984 tentang “POLA DASAR PEMBANGUNAN OLAHRAGA” yg memberi pengertian keolahragaan, olahraga, dan pendidikan jasmani dan olahraga yg merupakan satu pengertian yg sama ruang lingkupnya sebagai physical education and sport yg dinyatakan dalam Internasional Caharte of Physical and Sport dari UNESCO.

“DEFINISI OPRASIONAL OLAHRAGA”
A. Pengertian Olahraga
Menurut WEBSTER’S NEW COLLEGIATE DICTIONARY (1980) yaitu olahraga merupakan ikut serta dalam aktifitas fisik untuk mendapatkan kesenangan, dan aktifitas khusus seperti berburu atau dalam olahraga pertandingan (athletic games). Sedangkan dalam ENSIKLOPEDIA Indonesia di sebutkan bahwa olahraga merupaka gerak badan yg dilakukan oleh satu orang atau lebih yg merupakan regu atau rombongan. Sedangkan dalam pola pembangunan olahraga yg disusun kantor menpora disebutkan bahwa olahraga merupakan bentuk-bentuk kegiatan jasmani yg terdapat dalam permainan, perlombaan, dan kegiatan jasmani yg intensif dalam rangka memperoleh rekreasi, kemenangan, dan potensi optimal (menpora; 1984). Ciri has di dalam olahraga adalah adanya permainan, namun pengertian permainan di sini lebih luas dari olahraga. Sedangkan CHU (1982) mengatakan bahwa pengertian olahraga harus bergerak dari konsep bermain, games dan sport / dikutip dari pendapat EDWARD (1973).


B. Bermain, Games dan Sport
Karakterristik bermain (play) meliputi:
1. bebas, sukarela, tanpa paksaan dalam berpartisipasi.
2. aktivitas bermain terpisah dari pembatasan ruang dan waktu.
3. hasil dari aktifitas bermain adalah sesuatu yg tidak di ketahui / tidak direncanakan sebelumnya.
4. hanya murni aktifitas saja dan tidak produktif, tidak menghasilkan nilai yg permanent.
5. peraturan bermain tergantung pada kondisi, tunduk pada kesepakatan situasional.
6. kualitas bermain merupakan bagian kehidupan nyata / sehari-hari.
Games memiliki karakteristik yg ada pada bermain (play), akan tetapi semua diatur dalam peraturan yg sengaja di buat (disusun) yg harus ditaati bersama. Ciri utama games adalah kompetisi, untuk berhasil dalam kompetisi akan bergantung pada keterampilan tehnik, fisik, strategi atau kesempatan.
Olahraga atau (sport) merupakan bagian dari permainan pertandingan, perbedaan terletak pada prasyarat tingkat kecakapan dan olahraga merupakan permainan pertandingan yg sudah di lembagakan dalam masyarakat seperti halnya pendidikan agama dan pemerintahaan.
Menurut Ateng (1992) ada sebab mengapa orang melakukan olahraga :
1. penyesuaian terhadap lingkungan sekitar.
2. penyesuaian Geofisik.
3. penyesuaian harapan.
4. peniruan bintang lapangan, nasyonal bahkan local.
5. penyesuaian ke dalam lingkungan.
Melihat hubungan bermain, games,dan sport tidak dapat di pisahkan, FREEMAN (1987) menyatakan bahwa :
Bermain (play) adalah bentuk kegiatan tidak bermagsud produktif untuk menyenangkan diri. Sedangkan bentuk bermain itu sendiri terbagi menjadi dua macam, yaitu bermain secara spontanitas dan yg diorganisasikan. Bermain yg diorganisasikan pun terbagi menjadi dua jenis yg tidak dipertandingkan dan yg dipertandingkan (contest). Bermain yg diorganisasikan dan dipertandingkan juga ada dua bentuk, yaitu yg menggunakan fisik dan bukan fisik, yg mengunakan fisik dinamakan sport. Olahraga adalah bentuk bermain yg diorganisasikan sedemikian rupa dengan peraturan dan di pertandingkan menggunakan pertumbuhan permainan dengan arah dan tujuan yg di sadari dan tertentu.
Dalam “DECLARACION ON SPORT” yg dikeluarkan oleh UNESCO, di kemukakan batasan yg disusun oleh majelis international olahraga dan pendidikan jsmani (international council of sport and physical education,ICSP) sebagai berikut :
“ setiap aktifitas fisik berupa permainan dan dilakukan dalam bentuk pertandingan, baik melawan unsur-unsur alam, orang lain maupun diri yg sendiri di sebut olahraga”.
Selanjutnya dalam deklarasi tersebut dikemukakan tentang sportivitas dan fair play, yaitu memandang lawan sebagai kawan bermain. Catatan lain dalam deklarasi tersebut adalah anjuran agar sepertiga dari separuh jadwal waktu sekolah di pergunakan untuk aktivitas fisik. Anjuran lain adalah bahwa latihan-latihan hendaknya menyeluruh dan lebih cendrung ke cabang-cabang olahraga sesuai dengan tingkat usia anak. Demikain pula perlu diperhatikan saran yg berbunyi : “jangan memaksakan untuk berlatih lebih dan diinginkannya sendiri, meskipun ia sangat berbakat”.
Ruang lingkup dari bermain (play), games dan olahraga (sport) di gambarkan sebagai berikut :

PLAY, karakteristik
• terpisah
• bebas
• tidak tentu
• tidak produktif
• ditentukan dengan peraturan yg sifatnya tidak ketat

GAMES, karakteristik
• ada kompetisi
• hasil ditetukan oleh keterampilan fisik, strategi, dan kesempatan


SPORT, karakteristik
• permainan yg dilembagakan keterampilan, mempertunjukkan


KONSEP OLAHRAGA MENURUT LOY, DALAM CHU (1982)

Bermain (play) mempunyai sifat esensil yg merupakan aktivitas untuk hiburan, tidak di pertandingkan. Namun bermain merupakan unsur yg selalu ada dalam olahraga dan pendidikan jasmani. Olahraga adalah suatu permainan yg di organisasikan dan sifat olahraga yg paling penting adalah kompetisi yg sopan dan berada adanya aturan.

“DEVINISI OPERASIONAL PENDIDIKAN JASMANI”
Pengetian pendidikan jasmani
Nisxon dan cazens (1959) mengemukakan: “pendidikan jasmani adalah phase dari proses pendidikan keseluruhan yg berhubungan dengan aktivitas berat yg mencakup system, otot belajar dari partisipasi dalam aktivitas tersebut”. Volter dan ellinger (Bucher 1964) mengemukakan : pendidikan jasmani adalah phase pendidikan melalui aktivitas fisik. UNESCO yg tertera dalam internasional charter of physical education (1974) mengemukakan : pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat yg dilakukan secara sadar dan sistemati melalui berbagai kegiatan jasmani dalam rangka memperoleh peningkatan kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan pembentukan watak. Ateng (1993) mengemukakan : pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruh melalui berbagai kegiatan jasmani yg bertujuan mengembangkan individu secara organic, neuromuskuler, intelektual dan emosyonal. Webster’s Mew Collegionary Dictionary (1980) menyatakan bahwa pendidikan jasmani (pshyical Education) adalah pengajaran yg memberikan perhatian pada perkembangan gerak fisik dari mulai latihan kelas teknik, latihan untuk kesehatan, senam serta performasi dan olahraga pertandingan. Esiklopedia Idonesia menyatakan bahwa pendidikan jasmani adalah olahraga yg dilakukan disekolah-sekolah, terdiri atas latihan-latihan tanpa alat dan dengan alat. Menurut Bucher (1983) kata pendidikan jasmani terdiri dari dua kata jasmani (physical) dan pendidikan (education). Kata jasmani memberi pengertian pada bermacam-macam kegiatan jasmani, yang meliputi: kekuatan jasmani, pengembangan jasmani, kecakapan jasmani, kesehatan jasmani, dan penampilan jasmani.
Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan yg memberikan perhatian pada aktivitas pengembangan manusia. Walaupun pengembangan utamanya adalah jasmani namun tetap beresistensi pendidikan, pengembangan jasmani bukan merupakan tujuan akan tetapi sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Rijsdrop (1975) dari belanda menggunakan istilah Gymologi yg memiliki arti “ilmu yg menelaah aksi motorik dalam ruang lingkup pendidikan dan pembentukan”. Seaton (1974) mengatakan bahwa pendidikan jasmani adalah bentuk pendidikan yg memberikan perhatian pada pengajaran pengetahuan, sikap dan keterampilan gerak manusia. Sedangkan Baley dan Field (1976) memberikan pengertian bahwa pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan melalui pemilihan aktifitas fisik yg akan menghasilkan adaptasi pada organic, syaraf otot, intelektual, social, cultural, emosyonal dan estetika.
Dari berbagai pendapat tentang pengertian pendidikan jasmani. Kesimpulan bahwa kegiatan pendidikan jasmani dan olahraga mempunyai perbedaan dan persamaan.
Berdasarkan ruang lingkupnya pendidikan jasmani lebih luas dari olah raga, karena di dalam pendidikan jasmani
juga meliputi olahraga, games, dan segala aktifitas yg mengembangkan kualitas manusia melalui gerak.
Bermain adalah kegiatan non-kompetitif atau non-pertandingan dari kegembiraan gerak fisik, meskipun bermain tidak yg harus kegiatan fisik. Bermain, olahraga dan pendidikan jasmani semuanya mengandung bukti gerak fisik, dan ketiganya sangat cocok dalam konteks pendidikan jika di lakukan sebagai relaksasi dan kekegembiraan, tanpa tujuan pendidikan.

“FUNGSI OLAHRAGA BAGI MANUSIA”
Apakah olah raga hanya sekedar untuk menari keringat ?
Apakah dengan asal gerak kemudian mengeluarkan keringat merupakan olahraga ?
Menurut ICSPE atau majelis Intenational olahraga dan pendidikan jasmani dalam Declaration on sport yg dikeluarkan UNESCO memberikan batasan olahraga sebagai aktivitas fisik berupa permainan dan di lakukan dalam bentuk-bentuk pertandingan, baik melawan unsure-unsur alam, orang lain maupun diri sendiri. Olahraga mempunyai karakter permainan. Tetapi tidak bisa di katakan bahwa olahraga sama degan permainan, karena permainan lebih luas dari oahraga.
Di dalam olahraga juga di kenal istilah Sportifitas yg memiliki arti “menghargai lawan sebagai teman bermain”, di sebut sportif apabila dapat membangun permainan dan di sebut tidak sportif apabila merusak permainan. Selanjutnya dalam olahraga yg dikemukakan diawal tulisan, di perlukan adanya aktifitas fisik, aktifitas fisik disini adalah untuk bergerak sebab olahraga membutuhkan bermcacam-macam gerak. Behubungan dengan gerak dan olahraga maka dikenal pula pendidikan jasmani. Pendidikan jasmani merupakan pendidikan lewat aktifitas-aktifitas jasmani atau pengajaran gerak dalam mencapai tujuan pendidikan.
Batasan pendidikan jasmani menurut UNESCO lewat ICSPE adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat yg dilakukan secara sadar dan sistemati melalui berbagai kegiatan jasmani, dalam rangka memperoleh peningkatan kemampuan dan keterampilam jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan pembentukan watak. Adapun tujuan pendidikan jasmani di antaranya adalah meningkatkan kesenangan, kepastian dan kekayaan gerak, meningkatkan kesehatan jasmani / rohani dan social, mensiagakan menghadapi tugas dan waktu senggang. Pendidikan jasmani menanamkan kegemaran berolahraga untuk memberikan keterampilan dasar yg dapat dikembangkan untuk olahraga. Dengan demikian, bermain olahraga dan pendidikan jasmani semuanya mengandung aktifitas fisik, dan ketiganya dapat cocok dalam kondisi pendidikan jika di pakai untuk tujuan pendidikan tertentu. Olahraga professional tidak memiliki tujuan pendidikan, namun tetap olahraga karena pelakunya tidak selalu amatir.
Seperti telah di jelaskan diawal bahwa dengan olahraga memerlukan aktifitas fisik yg dapat berfungsi di antaranya menaikkan denyut nadi, volume jantung, tekanan darah akan naik, jumlah pernafasan permenit akan bertambah, dapat bernapas lebih dalam, konsumsi oksigen akan naik, berkeringat banyak, menaikkan suhu badan dan pembulu darah serta otot akan mengembang.
Aktifitas fisik yg teatur dapat menyebabkan perbaikan kesegaran jasmani, sedangkan apabila kurang gerak dalam pengertian olahraga maka akan timbullah bermacam-macam penyakit yg menyebabkan kegemukan, mudah terjadinya tekanan darah tinggi, sakit pinggang dan pembulu darah menjadi kaku, sedangkan ada yg yg lebih parah adalah dapat menyebabkan kematian.
Latar belakang terjadinya gangguan kesehatan adalah kurang gerak yg menyebabkan kurang lancarnya peredaran darah dalam tubuh sehingga penyaluran unsure-unsur yg diperlukan organ-organ tubuh menjadi kurang lancar. Menurut peneliti yg telah banyak dilakukan meskipun olahraga bukan obat yg dapat menyembuhkan penyakit akan tetapi dengan olahraga dapat memperbiki keadaan fisik dan psikologis, selain itu peraturan gizi dan istirahat juga sangat mempengaruhi kualitas hidup yg lebih baik. Selain keuntungan secara fisik / fisiologis yg telah di sebutkan, akan timbul secara psikologis yaitu menghilangkan ketegangan dan sifat spontanitas akan lebih berkembang, merasa lebih bebas, merasa lebih percaya diri, menjadi lebih ramah dan lain-lain.
Secara fisiologi, jogging lebih kurang setengah jam akan menyebabkan rasa segar, senang, santai dan lain sebagainya. Manfaat dari jogging adalah otot-otot kaki akan nampak lebih jelas, muka kelihatan lebih ramping, badan menjadi kuat, denyut nadi pada waktu istirahat akan lebih lambat dan kulit pada telapak kaki akan menebal adalah perubahan yg didapat setelah orang melakukan akitfitas olahraga.
Di zaman modern ini sudah jarang orang berjalan kaki, padahal berjalan kaki merupakan suatu kegiatan alamiyah manusia dan merupakan unsur penting untuk memelihara dan meningkatkan kesegaran jasmani. Sedangkan lari atau sering disebut juga dengan joging akan sangat menyegarkan tubuh kita tidak hanya paru-paru dan kaki bahkan hasil penelitian yg dilakukan dapat menimbulkan pengaruh positif terhadap kemampuan berfikir dan konsentrasi.

“MANFAAT OLAHRAGA BAGI MANUSIA”
Secara fisik manfaat olahraga bagi manusia yg melakukannya akan nampak sehat, sehingga mampu melakukan kegiatan yg lainnya secara maksimal, manfaat lain dari segi psikologi bahwa manusia yg sehat secara jasmani akan berdampak kepada rohaninya, sehingga mampu / dapat berfikir dengan jernih maupun berfikir dengan sehat dan pada gilirannya akan menghasilkan ide-ide cemerlang yg sangat berguna. Lebih spesifik lagi bahwa manfaat olahraga bagi tubuh adalah membantu percepatan pembakaran lemak yg ada di bawah kulit, karena dengan melakukan olahraga suhu badan akan naik dibarengi dengan keluarnya keringat yg merupakan sisa pembakaran yg di bantu dengan sinar matahari. Selain itu denyut nadi juga akan naik bila kita melakukan olahraga konsumsi darah atau sirkulasi darah akan bertambah lancar, sehingga pembentukan energi yg di Bantu O2 akan cepat pulih kembali. Sedangkan dari segi napas, napas akan lebih panjang / maqsudnya orang yg sering melakukan kegiatan olahraga lebih tahan lama beraktifitas dari pada yg tidak melakukan kegiatan olahraga, juga orang yg sering melakukan olahraga rasa lelahnya dapat segera pulih kembali dalam waktu yg singkat.
Untuk cabang olahraga yg memerlukan waktu aktifitas dibawah 30 detik menggunakan system ATP-PC, untuk kegiatan olahraga yg menggunakan waktu antara 30 detik sampai dengan 90 menit menggunakan system energi aerobic atau system oksigen. Manfaat lain kita melakukan olahraga adalah kita akan mendapat prestasi yg tinggi apabila kita melakukan secara sungguh-sungguh, dengan prestasi yg kita peroleh, maka derajat atau harga diri kita akan naik.
Olahraga waktu luang dapat di lakakukan dirumah dan di luar rumah yg di lakukan dengan memanfaatkan waktu luang sekedar untuk berekreasi atau sering kita dengar orang menyebutkan menghilang stres. Bentuk lain olahraga rekreasi yg kita kenal adalah hiking camping, berkemah, bersepeda gunung, dan lain sebagainyayg tujuan utamanya adalah berolahraga sambil berekreasi.
Waktu luang yg tidak di isi dengan kegiatan positif, kdang mudah sekali untuk di isi dengan perbuatan yg iseng, yg akhirnya mengarah ke tindakan negative. Terutama bagi remaja, waktu luang dapat menjadi rawan bila tidak ada yg membimbing dalam cara pengisiaannya.
Kegiatan rekreatif dapat dilakukan oleh siapa saja untuk mengisi waktu luang, sehingga tercurah bantuan terhadap perkembangan perseorangan dan pengintegrasian alam keseluruhan. Kegiatan rekreatif sebagai pengisi waktu luang paling sederhana seperti jalan, yg dapat dilakukan di jalan raya/biasa dengan santai atau jalan mengitari kebun teh. Jalan merupakan gerakan yg paling efisien dalam penggunaan energi, sehingga dapat di gunakan untuk mengurangi berat badan bagi yg memerlukannya. Jalan merupakan aktivitas aerobic yg sangat baik dengan bnyak sekali manfaatnya bagi jantung paru-paru dan peredaran darah, dan dapat pula gi gunakan untuk mengulangi stres.

“OLAHRAGA DALAM PEMBENTUKAN WATAK”
Pressing (1989) sebagi seorang sosiolog menegaskan beberapa asumsi yg melandasi eksistensi olahraga di masyarakat moderen, sebagai berikaut :
1. dengan makin pestnya perkembangan tehnologi, dewasa ini hamper semua sisi kehidupan manusia dalam kesehariannya telah di rasuki dan diambil alih oleh tehnologi. Aktifitas fisik makin berkurang, baik dalam pekerjaan profesi maupun dalam kehidupan sehari-hari manusia moderen. Maka olahraga merupakan media yg dapat menampung dan menyalurkan kebutuhan gerak manusia.
2. tehnologi yg makin berkembang pesat dan mengarah kepada situasi yg spesialisasi, saat ini merupakan asumsi yg menyebabkan kurang harmonis hubungan social antarindividu dalam masyarakat moderen. Padahal kebutuhan kehidupan social humanis merupakan kebutuhn kodrati.
3. olahraga dapat menjadi alat yg ampuh dalam beberapa hal. Dalam bidang pendidikan, hamper semua Negara menjadikan pendidikan olahraga bagian integral dari system pendidikan.
Pada sisi lain, etos kerja keras, di siplin pantang menyerah dalam setiap permainan yg dilakukan dalam situasi bermain dengan menghormati peraturan dan menempatkan lawan main sebagai kawan bermain merupakan pengalamanyg dapat membangun dan mengembangkan watak inividu. Sikap menghargai dan menempatkan lawan main sebagai kawan bermain merupakan sikap mental sejati dari pelaku orang dan di kenal dengan fair play. Sikap inilah yg memungkinkan olahraga sebagai olahraga. Perkembangan yg pesat pada sisi lain kehidupan manusia telah berhasil mengubah eberapa nilai-nilai olahraga, diantaranya nilai AMATISME dan nilai PROFESIONALISME. Dewasa ini nilai anatisme dan nilai profesionalisme makin tak jelas, keduanya saling berinteraksi dan berenterelasi.

“SEMANGAT OLAHRAGAWAN SEJATI (sportifitas)
a. Pengertian Semangat Olahragawan Sejati
Di samping ciri aktivitas fisik, permainan dan usaha keras terdapat ciri lain dari olahraga yg dapat lebih memperjelas devinisi olahraga, cirri yg dimaksud adalah sportifitas atau yg dapat juga dipadakan dengan semangat kesatria. Semangat kesatria merupakan sikap yg dilandasi oleh nilai moral olahraga terhadap orang lain yg menjadi lawan bermain. Lawan main sebagai kawan bermain sangat di perlukan agar dapat membangun suatu permainan yg sebaik-baiknya dan menyenangkan. Walau dalam sisi yg saling berlawanan, lawan main bukan musuh yg harus di singkirkan melainkan harus di hargai dan ditempatkan pada fungsi dan peran yg proporsional. Dengan demikian, sportifitas dengan sendirinya menjadi nilai moral yg akan mengendalikan setiap pelaku olahraga untuk melakukan permainan sesuai dengan aturan main yg di sepakati bersama. Sehubungan dengan hal tersebut, setiap individu memiliki peran dan fungsi yg sama dengan lainnya dalam usaha membangun suatu permainan dalam aktifitas olahraga. Individu-individu tersebut memiliki peran yg sama untuk menghargai dan menaati peraturan bermain yg di sepakati bersama.
Pada sisi lain, olahraga merupakan suatu kegiatan kompetisi. Dalam kompetisi, antara individu yg atu dengan yg lain saling mengunjukkerjakan kinerja keterampilan terbaik untuk dapat menekan agar mendapatkan kemenangan. Dengan demikian, tampaknya pengenalan, penghayatan dan pengamalan nilai-nilai sportifitas dalam formal fair play tidak hanya di lakukan oleh pelaku langsung olahraga dalam hal ini atlit-atlit, meliankan individu-individu lainnya yg terlibat dalam kegiatan olahraga.

b. Fair play dan nilai-nilai pendidikan
Seperti telah dijelaskan makna fair play adalah kesiapan dan kesediaan menerima dan menempatkan lawan sebagai kawan bermain dan mematuhi aturan bermain yg telah disepakati bersama. Dengan demikian, fair play merupakan sikap mental yg dapat mengendalikan diri si pelaku untuk tetap menghargai orang lain dan peraturan yg mengikatnya. ATENG (1992) menegaskan bahwa olahraga yg dilakukan dengan sikap normal yg dapat mengendalikan para pelaku olahraga secara internal merupakan alat ampuh bagi pendidikan.
Olahraga dalam level apa pun memiliki nilai-nilai kompetitif, kompetisi yg dilakukan dengan formay fair play merupakan kompetisi sehat. Pengalaman yg berlangsung terus-menerus untuk senantiasa bersedia menghargai lawan dan peraturan dalam tekanan fisik dan psikologis yg berat merupakan alat pendidikan yg ampuh. BINDER (1993) akan terjadi beberapa tahapan untuk mengadopsi nilai fair play dalam situasi pendidikan, sebagai berikut:
1. Identifikasi dan merubahkan konflik moral
kesediaan untuk menghargai lawan dan peraturan bermain dalam situasi dan kondisi tekanan fisik dan psikis yg berat bukanlah kebiasaan yg ringan untuk diadopsi dan di ubah menjadi sikap, melainkan membutuhkan konflik moral yg berkepanjangan. Olahraga dengan tujuannilai pendidikannya merupakan situasi dan pengalaman riil yg dapat menjadi media untuk dapat mengubah konflik moral manjadi sikap moral yg positif ( pressing,1992).
2. perubahan sikap menjadi tindakan
sikap moral yg diadopsi dari nilai-nilai tindakan riil. Sikap moral yg tidak terealisasi merupakan tidakan belum mencerminkan kebiasaan untuk memasuki situasi kompetisi dalam tekanan-tekanan fisik dan psikologis. Prilaku fair play yg dimilikiseseorang dalam melakukan olahraga akan menjadi cermin bagi sikap dan prilaku sehari-harinya (BENYAMIN,1991). DAUME (1993) menegaskan sikap prilaku olahraga yg dimiliki oleh suatu komunitas bangsa mencerminkan sikap dan prilaku bangsa tersebut. Sedangkan ATENG (1992) menegaskan bahwa sikap dan prilaku masyarakat olahraga merupakan mikrokosmos dari masyarakat secara umum.
Kesimpulan :
Sportivitas merupakan semangat kesatria yg dapat memurnikan makna olahraga. Olahraga yg dilakukan tanpa semangat kesatria akan kehilangan ruhnya sebagai olahraga.olahraga yang dilakukan tanpa semangat kesatria hanyalah aktivitas fisik yang tidak menyenangkan dan memuaskan pelakunya. Sportivitas dalam frmatfair play merupakan sikap dan prilaku yg dapat mengendalikan pelaku-pelaku olahraga untuk tetap bersemangat menerima dan memperlakukan lawan main sebagai kawan bermain dalam berbagai situasi. Dengan subtansi dapat mengendalikan pelaku-pelaku olahraga, olahraga yg dilakukan dalam formay fair play dan menjadi alat ampuh dalam membentuk watak bangsa yg siap beketja keras, ulet dan disiplin
.

“AMATIRISME SAN PROFESIONALISME”
a. pengertian amatirisme dan profesionalisme
seorang dikatakan olahragawan amatir bila dalam melakukan olahraga hanya untuk menyalurkan hobi dan mendapatkan kesenangan dari apa yg di lakukannya. Dengan demikian, meraka melakukan olahraga tidak untuk mengejar target bayaran tertentu melainkan kepuasan dan kesenangan. Bila mereka berlatih untuk dapat memecahkan rekor atau mendapatkan mendali maka tujuannya adalah mendapatkan kepuasan dan kesenangan. Namun demikian, amatir adalam batasan di tas bukan berarti bahwa olahraga amatir tidak perlu mendapatkan sentuhan professional dalam pelakuan manajemen pada pengolaan administrasi dan system latihan.
Berbeda dengan olahraga professional. Profesionalisme dalam dalam olahraga memiliki konotasi sebagai olahraga bayaran. Artinya bahawa atlit, official dan individu-individu yg terlibat di dalamnya memperlakukan o;lahraga memperoleh bayaran sebagai mata pencaharian. Sehubungan dengan hal ini, kinerja keterampilan gerak yg dimiliki oleh atlit dapat di jadikan parameter dari besarnya bayaran yg kelak di terimanya.
Dengan demikian, profesionalisme akan merujuk pada suatu bentuk profesi yg dapat di kembangkan dalam olahraga. Bahkan dewasa ini, batasan antara amatirisme dan professional makin kabur “ antara satu dengan yg lain saling mersap”.
b. perkembangan amtirisme dan profesionalisme di beberapa Negara
Prinsip-prinsip erat kaitannya dengan leberalisme. Prinsip liberalisme menjadikan olahraga merupakan alat untuk mencapai kebahagiaan individu setinggi-tingginya. Olahraga dapat menjadi bahagia atau alat untuk mencapai kebahagiaan, termasuk untuk mencapai mata pencaharian .perkembangan profesionalisme di negara liberalisme seperti di USA dan berbagai negara Eropa telah dimulai sejak awal abad ke-20.
Di USA profesionalisme mengalami perkembangan yg pesat. Bola basket, sepakbola amerika, tennis, tinju dan beberapa cabang olahraga lainnya merupakan sebagian cabang olahraga yg memiliki aturan profesionalisme yg ketat. Di Italia, Inggris, Spanyol, Prancis dan beberapa negara Eropa barat. Hanya liga sepakbola utama merupakan ajang bussines yg memiliki asset ekonomi otensial. Di inggris, yg oleh sebagian besar di yakini sebagai negara pencetus pertama prinsip profesionalisme telah memperlakukan atlit-atlit professional dengan prinsip bussines. Demikian pula pprancis, Spayol, Jerman dan beberapa negara lainnya. Menjelang tahun 1980-an, di negara-negara sosialis hampir tidak mengenal profesionalisme. Di negara sosialis, segala segi kehidupan diatur dan menjadi tanggung jawab negara. Demikian pula dengan olahraga.
Di negara sosilis olahraga menjadi bagian dari dokrit nasionalisme. Olahraga menjadi bagian dari alat membangun, mengembangkan dan mempertahankan kebanggaan bangsa. Atlit yg terlibat dlam olahraga mendapatkan jaminan kehidupan dari negara. Mereka mendapatkan jaminan financial seperti halnya para pegawai pemerintahan. Mereka tidak mendapatkan bayaran karena prestasinya melainkan sebagai warga negara memiliki kewajiban untuk berlatih dan bertanding sebagai tugas sehari-harinya. Dengan demikian, dalam melakukan olahraga mereka tidak dapat dikatakan sebagai professional walaupun seluruh kehidupannya terjamin karena prestasi olahraganya, tetapi tidak dapat pula dikatakan sebagai olahrgawan amatir yg berolahraga untuk sekedar mengisi waktu luangnya.
Kesimpulan :
Dewa ini olahraga banyak ditemukan orang melakukan olahraga tidak hanya sekedar mencari kesenangan dan kepuasan dan sebagai alat sosialisasi belaka, melainkan menjadikan olahraga sebagai profesi sebagai mana mata pencaharian. Perkembangan olahraga professional sangat pesat seiring dengan perkembangan sisi kehidupan lainnya dari manusia yang dilandasi oleh kebutuhan-kebiutuhan masyarakat. Di negara sosiali yang semua hampir tidak mengenal prinsip-prinsip sosialis, kini telah mengalami perubahan apresiasi dan persepsi tentang olahraga professional. Sedikit demi sedikit profesionalisme menjadi bagian dari kehidupan olahragawan. Di Indonesia olahraga professional memang belum berkembang begitu menggembirakan. Namun demikian, dari fenomena yg berkembang dewasa ini, olahraga professional Indonesia menunjukkan prospek yang menggairahkan pada masa mendatang.


SEJARAH OLAHRAGA DAN PENDIDIKAN JASMANI SECARA UMUM.
Olahraga telah dikenal dan dilakukan sejak awal terciptanya manusia di dunia. Manusia pada zaman purba dengan situasi dan kondisi alam pada saat itu malakukan barbagai kegiatan yang banyak melibatkan aktivitas fisik. Namun demikian mereka tidak dapat disebut melakukan olahraga, malainkan untuk memenuhi kebutuhan dan sebagi alat untuk mempertahankan diri dari tantangan alam agar mereka tetap dapat melangsungkan hidup dan kehidupannya.
Keadaan dan tantangan alam menuntut harus memiliki ketangkasan, kekuatan dan kemampuanlainnya agar mereka dapat mengatasi berbagai tantangan alam. Dengan keterbatasan kemampuan berpikir, alam dan keadaan dirinya merupakan alat yang ada dan dapat di gunakan untuk melakukan berbagai tindakan untuk melindungi diri seperti hewan di sekitarnya.
Olimpiade kuno merupakan pesta olahraga yang memiliki nilai-nilai ritual, dan merupakan alat untuk mempertemukan bangsa-bangsa yang terlibat dalam perang. Di dalamnya tidak hanya terdapat ritual pemujaan terhadap dewa Zeus,
Pada abad pertengahan segala bentuk olahraga dilarang. Namun demikian dengan berbagai fenomena yang terjadi selama masa olahraga dilarang, manusia menyadari bahwa hal tersebut keliru. Kemuydia pada akhir abad pertengahan olahraga, kembali mendapatkan kedudukan olahraga jelas lagi. Sedangkan pada abad moderen, dengan diilhami oleh olimpiade kuno Coubertin membangkit pesan olahraga olimpiade.

PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA PADA PRA-SEJARAH DAN ZAMAN PURBA.
Pendidikan Jasmani dan Olahraga Pada Zaman Purba
pawa awal sejarah kemanusiaan, dengan keterbatsan kemampuan berpikir alam merupakan bagian ari eksistensi dn survival manusia purba. Alam merupakan fasilitas yang dapat manyediakan berbagai kebutuhan hidup. Hutan dan gua sebgai tempat tinggal, sungai dan hutan sebagai tempat ikan, hewan dan tumbuhan sebgai sumber kehidupan.
Pada zaman oitu manusia belum mengenal alat untuk mendukung dan mempertahankan hidupnya. Cara mereka mencari makan dan mempertahankan diri tidak jauh berbeda dengan hewan yg ada disekitarnyauntuk mempertahankan hidup dan eksistensi mereka dari predator lami, kemampuan, kekuatan dan keterampilan fisik merupakan alat utama.
Melalui kemampuan, kekuatan dan keterampilan mereka berusaha untuk mendapatkan makanan di hutan yg lebat dan sungai yang ganas. Berburu yang dilakukan sekedar untuk memenuhi kehidupan hari ini. belum terlintas dalam benak mereka berburu untuk mempersiapkan makanan untuk besok, apalagi untuk menumpuknya sebagai persiapan yang akan datang. Ada bagian tertentu dati mata rantai kehidupan mereka yang belum diungkapkan para ahli. Namun demikian, hasil temuan beberapa aspek dapat diketahui tahap-tahap perkembangan hidup manusia purba, yaitu :
a. Pada Zaman Eoliticum
pada zaman ini seluruhy tubuh bagin manusia berbulu, bertelanjang bulat berkeliaran dengan koloni-koloni binatang untuk mencari makanan “makanan mereka masih makanan mentah”.
b. Pada Zaman Paleoliticum
pada zama ini keadaan manusia mulai agak maju. mereka telah dapat menggunakan goa-goa dan batu-batu sebagai tempat berlindung dan mempertahankan diri. Mereka telah dapat menutup tubuhnya dengan kulit binatang dan kayu. Dengan ditemukannya api, mereka telah mulai memakan makanan yang dimasak.
c. Pada Zaman Neoliticum
pada tahap ini manusia telah mampu membuat alat Bantu yang lebih baik dari masa sebelumnya. Pembuatan alat seperti lebin, tombak dan panah secara sederhana telah dikenal pada zaman ini “memiliki fungsi sebagai berburu juga di gunalan sebagai alat untuk mempertahankan diri dari serangan binatang buas dan komunitas manusia lainnya.
Desakan kebutuhan yang dialami oleh mereka mendorong terjadinya berbagai perubahan, pengakuan terhadap adanya sesuatu yang menguasai menyebabkan mereka memiliki prinsip-prinsip teologi sederhana. Prinsip animisme yang mereka yakini sebagai realitas dari teologi yang mereka yakini, mereka percaya bahawa dalam ala mini ada roh baik dan jahat. Sehubungan roh tersebut telah memberikan pemenuhan kebutuhan hidup mereka, perlu dihormati dan dipuja.
Di samping korban yang disajikan, juga iringan musik dan tarian-tarian merupakan bagian bagaimana korban tersebut harus disajikan. Kepercayaan kepada roh mendorong mereka mengenal bentuk-bentuk pendidikan praktis, anak-anak laki dididik sesuai dengan fungsinya sebagi seorang yang akan bertanggung jawab terhadap keselamatan dan kelangsungan hidup komunitas mereka.anak perempuan dididik agar mereka dapat menjadi ibu rumah tangga. Berburu; memanah dan menombak serta berkelahi merupakan bagian pendidikan bagi anak laki-laki. Memasak, merajut dan menganyam merupakan bentuk-bentuk pendidikan yang diajarkan pada anak-anak perempuan.
Pada masa akhir anak dan memasuki masa dewasa anak laki-laki wajib untuk melaksanakan proses inisiasi sebagi tanda mereka telah dewasa. Pad proses inisiasi ini, bentuk ujian yang sangat berat harus dapat dilalui oloeh anak laki-laki. Bila mereka dapat mengatasi ujian dimaksud maka mereka akan mendapatkan pengakuan dan pengesahan sebagi anggota kelompok.
Dengan demikian, tampak bahwa pendidikan yang berorientasi pada usaha membentuk kemampuan, kekuatan dan keterampilan fisik merupakan bagian dari tata cara hidup dan kehidupan manusia purba. Asumsi ini didukung bahwa kemampuan kekautan dan keterampilan fisik merupakan bagian integral dari manusia purba untuk memenuhi dan memertahankan hidup mereka. Memang mereka tidak melakukan bentuk-bentuk olahraga layajnya seperti yang kita lakukan sekarang. Tetapi mereka telah melakukan aktivitas fisik seperti layaknya berolahraga untuk mempertahankan kehidupan mereka.

Pada Zaman Purba
Para antropolog sepakat bahwa mata rantai awal peradaban manusia beasal dari daerah lembah sungai:
1. Nil
2. Tinggrir
3. Gangga
4. Hoang Ho
Olahraga Dan Pendidikan Jasamani Pada Zaman Eropa Kuno.
Dari catatan sejarah dijelaskan bahwa pada tahun 776 SM kedudukan agama dan pendeta agama sanagt penting sehingga dapat emmpengaruhi system pendidikan, sastra, seni pahat, musik, dan arsitektur. Bangsa Yunani kono menganut kepercayaan adanya 12 dewa yang menguasai dan mengatur alam raya ini. kecuali dewa ZEUS sebagai dewa dari segala dewa. Disamping kepercayaan tersebut, bangsa yunani kuno juga mempercayai adanya makhluk setengah dewa yaitu manusia yang hidup kekal abadi dengan segala sifat lebih agung. Namun demikian, ia juga mempunyai sifat manusia seperti kelemahan, keinginan jasmani dan kebencian.
Pendidikan pada bangsa yunani kuno bertujuan untuk menciptakan warga negara yang siap berbakti pada negara. Sehubungan dengan hal tersebut, pendidikan ketangkasan, kekuatan, kelincahan dan kebranian merupakan bagian tujuan dari pendidikan bangsa yunani kuno.
• bangsa sapta
Sapta terletak di lembah sungai Erotis dan bersuku bangsa Doris. Sapta merupakan negara totaliter-konservatif. Kaum prajurit merupakan kelompok lapisan yang berkuas.
Sesuai ddengan kolompok lapisan masyarakat yang menguasai negara, maka pendidikan bertujuan untuk menciptakan tenaga terampil di bidang militer agar mereka kelak mampu membela negara dari serangan bangsa lain. Pendidikan seni dan intelek tidak diberikan, sebab mereka menganggap bahwa pendidikan tersebut hanya akanmenjauhkan warga negara dari rasa tanggung jawab dan rasa pengabdiannya pada negara. Pendidikan dilaksanakan oleh negara. Anak usia 7 tahun sampai dewasa, mereka dibina dalam asrama negara. Sedangkan sebelum mencapai usia 7 tahun masing tanggung jawab keluarga. Semua warga negara yang telah dewasa diwajibkan untuk dapat mengajar dan mendidik. Pada usia 18 tahun, mereka disebar keseluruh wilayah untuk menjadi pengawas orang tahanan dan budak-budak. Baru pada usia 18 tahun, setelah dibina dan dilatih dengan cara yangberat dan penuh tantangan para pemuda diakui dan diberi hak sebagai hak orang dewasa. Pada masa inilah mereka diizinkan untuk menikah danmenerima pendidikan keluarga.

PENDIDKAN JASMANI DAN OLAHRAGA PADA ABAD PERTENGAHAN, REAISANCE DAN MODEREN
Pada abad pertengahan
Abad pertengahan ditandai dengan runtuhnya imperium Romawi. Kekejaman diluar batas yg dilakukan oleh kaisar Nero terhadap kaum Nasrani merupakan salah satu penyebab kebencian sebagian besar rakyar terhadap kesewenangan kaisar. Dengan runtuhnya Romawi, menyebabkan kekuasaan mulai beralih kepada pendeta-pendeta Nasrani. Kerena para pendeta sangat membenci bentuk-bentuk kebiasaan bengsa Romawi. Pendidikan pada waktu itu hanya ditekankan pada asumsi teologi. Sedangkan pendidikan jasmani sama sekali tidak disinggung seperti pada zaman Romawi. Akibatnya kemampuan fisik yg menyebabkan kesehatan mereka menjadi buruk dan menimbulkan berbagai macam penyakit / kebersihan pun diabaikan begitu saja.
Zaman Renaissance
Berubahnya cara berfikir sebagian tokoh di eropa menyebabkan kembalinya pandangan bahwa pendidikan bangsa yunani dan romawi sangat penting. Pandangan ini dikenal dengan Renaissance atau juga disebut zaman Humanisme dimana manusia menjadi pusat perhatian kembali.
Di beberapa negara mulai berkembang perhatian yang lebih serius terhadap olahraga.
- Pendidikan Jasmani dan Olahraga di Inggris
Pada abad terakhir pertengahan pendidikan jasmani di Inggris telah berkembang dengan pesat. Anak-anak sekolah di Inggris mulai mendapatkan latihan jasmani baik pada musim semi maupun pada liburan musim panas. Dalam perkembangannya, bangsa Inggris menempatkan kata Sport dan Games pada proporsi yg berbeda. Game memiliki konotasi pada bnetuk permainan yg memiliki tujuan untuk mengubah pribadi dalam usaha pembentukan sikap, tindakan dan perbuatan. Jadi bermain dan permainan telah memiliki tujuan yg terarah yaitu pembinaan dan pembentukan. Sedangkan sport bagi bangsa Inggris merupakan aktifitas bermain yg dilakukan dengan santai, bersenang-senang dan menghibur diri.
Permainan yg dilakukan dalam suasana pertandingan merupakan sarana pendidikan yg dapat memberikan pengalaman langsung terhadap berbagai bentuk sikap dan tindakan yg kelak di butuhkan dalam kehidupan. Kerjasama, kerja keras, pantang menyerah dan menghargai lawan main sebagai kawan bermain merupakan nilai permainan yg dapat membentuk sikap dan prilakunya.
- Pendidikan Jasmani dan Olahraga di Swedia
Di Swedia Per Hendrik Ling (1776-1893) di kenal sebagai pendiri dan pelopor gerakan olahraga system Swedia setelah abad pertengahan. Ling adalah seorang pelopor pendeta yg semasa mudanya senang mengembara mengikuti gejolak perasaan jiwanya.
Revolusi Perancis menjadi ilham baginya untuk menggunakan gymnastic sebagai alat untuk mengubah masyarakat dan pemerintahan. Dari pengalama sepanjang hidupnya, timbul ide untuk menyusun sistematik latihan jasmani yg teratur dan terarah. Dengan demikian, diharapkan latihan jasmani tersebut dapat memberikan pengarahan terhadap pembinaan dan pembentukan fisik dan mental pelakunya.
Pada tahun 1812, Ling diangkat sebagai pelatih pada Akademik Militer kerajaan. Dengan percayaan ini, gerakan gymnastik makin berkembang pesat.
- Pendidikan jasamani dan Olahraga di Jerman
Di Jerman gerakan gymnastik dipelopori oleh F.L. Jahn. Jahn menyadari bahwa kekuatan suatu bangsa yg bersatu tidak bisa dipecah belah. Antara satu suku dengan suku yg lainnya tidak boleh saling bertentangan melainkan mereka harus bersatu agar menjadi kekuatan dan kesatuan dalam suatu negara.
Untuk mencapai cita-citanya, Jahn menggunakan Turnen sebagai alat. Turne adalah bentuk gerakan gymnastic. Kegiatan ternen dimulai dengan usaha agar anak-anak sekolah dapat melakukan senam dan latihan olahraga atletik / agar seluruh warga negara merasa sehat, kuat dan tangguh.
Untuk melaksanakan gerakan turnen, John mendirikan turnplatzs sebagai tempat berlatih. Setelah gerakan ternen dapat berkembang dan diterima oleh masyarakat dan pemerintah Jerman. Namun demikian, dikarenakan tindakan-tindakan yg dilakukan oleh sebagaian anggota turnen yg bertentangan dengan kondisi masyarakat, turnen dilarang. Jahn sendiri di buang ke Nahlberg. Dalam masa pembuangan ini, Jahn mencoba menghidupkan gerakanturnen lagi. Jahn di buang lagi di kota Freyburg, John menghabiskan masa tuanya. Jahn peletak dasar senam jerman meninggal pada tahun 1852.
Perkembangan gerakan olahraga yg terjadi pada awal akhir abad pertengahan di beberapa negara Eropa dan Amerika Serikat mendorongseorang ahli sejarah bangsa Prancis Baron Piere de Coubertin unutk melaksanakan cita-citanya untuk menyelenggarakanpesta olahraga dunia dengan mengambil semangat olimpiade kuno. Ia merindukan dunia dengan penuh perdamaian yg kekal dan dengan mejalani rasa persaudaraan dan persahabatan antara bangsa-bangsa dunia. Kemudia pada tahu7n 1891-1892 ia segera mengorganisasikan cabang-cabang oalhraga di negaranya. Selanjutnya pada tahun 1892, ia menyelenggarakan perlombaan antara Prancis dan Inggris. Pada kesempatan inilah, ia menyampaikan cita-citanya pada tokoh-tokoh olahraga Inggris. Saat itu ia mendapatkan respon yg menggembirakan. Dalam waktu yg singkat, gagasan tersebut segera menyebar ke seluruh dsaratan Eropa dan Amerika Serikat.
Setelah mengadakan berbagai persiapan, ia segera mengadakan coordinasi dengan Raja Yunani. Ia mendapatkan sambutan yg menggembirakan Raja Yunani. Maka diputuskan pada tahun 1896 di kota Athena de selenggarakan Olimpiade Moderen Pertama. Pada Olimpiade moderen ini, sebagai peserta adalah negara Eropa dan Amerika Serikat. Dalam pertemuan para tokoh-tokoh olahraga disepakati Coubertin sebagai presiden pertama Internasional Committee (IOC) dan penyelenggaraan olimpiade empat tahun sekali.
Bendera olimpiade berwarna putih sebagaian lambing kesucian dan kedamaian dengan lima lingkaran yg berbeda. Lingkaran ini diartikan dan melambangkan kelima benua yg ada di dunia. Bendera dilengkapi dengan kata-kata Citius, Altius, dan Fortius yang artinya lebih cepat, lebih tinggi dan lebih kuat
Rangkuman
Pada awal abad pertengahan, sebagai reaksi sikap dan tindakan bangsa Romawi pendidkan Jasmani dan Olahraga dilarang hampir di seluruh daratan Eropa. Sebagai akibat dari larangan ini, daya tahan tubuh masayarakat menjadi buruk dan menjadikan sebgaian besar daratan Eropa menjadi Epidemi berbagai penyakit menular yg mematikan. Namun demikian, pada akhir abad pertengahan bangsa Eroppa menyadari kesalahan-kesalahan mengabaikan latihan jasmani. Sebagai konsekwensinya adalah pendiodikan jasmani dan olahraga kembali mendapatkan perhatian sebagai bagian integral dari kehidupan berbangsa dan bernegara. Grakan-gerakan olahraga yg berkembang di beberapa nergara Eropa di Inggris, Jerman Prancis dan negara lainnya telah mendorong Coubertin dapat melihat potensi yg terdapat dalam olahraga untuk menjadikan bangsa-bangsa di dunia ini hidup dalam persahabatan dan perdamaian yg abadi. Hal ini diwujudkan dalam pesta olahraga sedunia yg dikenal denga Olimpiade.

SEJARAH OLAHRAGA DAN PENDIDIKAN JASMANI DI INDONESIA
Perkembangan olahraga di Indonesia pada zaman purba sesuai dengan keadaan alam dan budaya pada daerah masing-masing. Setelah muncul kerajaan, perkembangan olahraga sesuai dengan perkembangan kerajaan tersebut. Olahraga masa prasejarah difkuskan pada kekuatan fisik sebagai persiapan perang, menghadapi tantangan alam, serta untuk melindungi diri dari seranga suku lain. Dengan demikian bentuk olahraga yg banyak digemari adalah latihan melawan binatang buas dan peperangan. Kehidupan masuia purba sangat bergantung pada kondisi alam. Semua aktivitas di sesuaikan dengan alam sekitar, misalnya olahraga melawan binatang buas, mendaki gunung dan mengarungi lautan.

SEJARAH PERKEMBANGAN OLAHRAGA dan PENDIDIKAN JASMANI di INDONESIA PADA ZAMAN PURBA SAMPAI SEBELUM PENJAJAHAN
Kira-kira 2000 tahun sebelum Masehi terjadi perpindahan bangsa dari Tiongkok. Pada mulanya mereka tinggal di pesisir kemudian ke daerah pedalaman. Mereka yg tidak mau hidup bersama mengasingkan diri dan bertempat tinggal di tempat-tempat yg terpencil jauh di pedalaman.kehidupan mereka pada waktu itu masih tetap sebagai semula yaitu bertani, berternak dan berburu. Akan tetapi cara pelaksanaannya lebih sempurna dari pada penduduk asli. Sesuai dengan kehidupannya, peralatan yg mereka gunakan yaitu kapak, pisau dan penusuk / tombak.
Susunan masyarakat pada umumnya berbentuk seda yg merupakan kesatuan atau kelompok yg membebankan segala tanggung jawab kehidupan masyarakat kepada seluruh anggota. Mengembangkan kelompok merupakan usaha yg penting untuk mempertahankan kelangsungan hidup kelompok yg banyak bergantung pada unsur jasmani para anggotanya. Demi kelangsungan hidup mereka baik diperjalanan maupun ditempat baru dan di tempat yg ditinggalkan, harus dapat mempertahankan diri dari pengaruh serta serangan-serangan dari suku / kelompok lain.
Pembinaan jasmani terutama menitik beratkan kepada pembinaan efisiensi fisik yg merupakan suatu ujian terhadap tantangan alam yg keras dalam memupuk kehidupan jarah manusia, banyak yg menggantungkan dirinya kepada kekuatan alam jasmani. Pendidikan jasmani dalam kehidupan primitive dapat menciptakan kekuatan dan pengembangan kesadaran kelompok. Kegiatan ini merupakan suatu aspek dalam menciptakan iklim yg menguntungkan untuk memberikan indoktrinasi kepada pemuda-pemuda sebagai norma suku.
Dalam masyarakat primitive tujuan pendidikan jasmani menduduki tempat utama dalam usaha-usaha pendidikan lainnya. Masyarakat primitif tidak memiliki sekolah yg diatur secara baik walaupun pendidikan itu tidak dapat dipisahkan dari kehidupan mereka, tanggung jawab tetang pengetahuan dan keterampilan yg dibutuhkan anak-anak diajarkan oleh orang tuanya apabila keadaan menghendaki. Anak perempuan dididik untuk memahami seluk beluk memelihara kekurangan dan rumah tangga, sdangkan anak laki-laki di didik untuk memahami seluruh kewajiban dalam m,elayani pribadi dan kelompok. Apabila anak sudah memasuki taraf kedewasaan, maka orang tuanya mengirim anak-anaknya kepada ketua suku, pendeta atau dukun untuk mendapatkan pelajaran menghadapi kehidupan dewasa. Selain itu diajarkan juga bentuk-bentuk olahraga seperti berenang, mendayung, berlomba lari, memainkan senjata, gulat, bela diri dan tari perang.
Olahraga Pada Masa Kebudayaan Hindu.
Masa prasejarah diakhiri pada ± abad ke-4M, yaitu dengan diketemukannya beberapa yupa di KUTAI (Kalimantan Timur). Dari peninggalan sejarah tersebut diketahui bahwa pada waktu itu Kutai dipimpin oleh seorang raja bernama MULAWARMAN. Selanjutnya di JAWA BARAT juga diketemukan beberpa prasasti yg menyebutkantentang kerajaan TARUMA denga Rajanya yg bernama PURNAWARMAN. Pada abad kelima di SUMATRA juga muncul kerajaan SRIWIJAYA yg berpusat disekitar jambi dan palembang.
Dari peninggalan-peninggalan yg telah diketemukan jelas menunjukkan besarnya pengaruh hindu dan budha dalam kehidupan kerajaan-kerajaan tersebut. Masukny budaya hindu ke Indonesia denga perantara pedagang-pedagang dari India. Pada dasarnya ajaran agama hindu adalah kafma atau perbuatan samsara atau menjelma kembali dan moksha atau pembebasan. Mereka percaya bahwa manusia akan menjelma kembali bila sudah mati.

Selamat Membaca
semoga sedikit artikel hasil rangkaian dari saya ini bisa bermanfaat buat pembaca semuanya.
kritik dan saran bagi penulis sangan diharapkan guna menyempurnakan artikel yang ada saat ini dan artikel yang akan datang di kemudian hari.

Tidak ada komentar: